Repelita, Jakarta 20 Desember 2024 - Militer Israel kini menghadapi krisis personel yang serius, dengan sekitar 500 perwira berpangkat mayor meninggalkan dinas militer sejak pertengahan 2024. Dengan tren yang terus berlanjut, tahun 2025 diperkirakan akan menyaksikan lebih banyak lagi tentara yang memilih mundur, menurut laporan dari media Israel, Hayom.
Meskipun hanya lima letnan kolonel yang meninggalkan posisi non-tempur pada 2024, laporan tersebut menunjukkan indikator yang mengkhawatirkan untuk semua pangkat menjelang tahun 2025. Krisis ini tidak hanya terjadi di kalangan perwira junior, tetapi juga para komandan satuan, termasuk yang berada di garis depan.
Pada 2022, tercatat sebanyak 613 perwira tinggi meninggalkan dinas militer, dengan banyaknya tentara yang mundur dari Gaza disebabkan oleh kelelahan psikologis dan kurangnya apresiasi terhadap pelayanan mereka. Militer Israel telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan menawarkan bonus untuk komandan tempur dan perubahan usia pensiun. Namun, upaya tersebut tidak cukup untuk menahan arus mundurnya tentara yang terus meningkat.
Selain itu, para perwira dinas menyebutkan alasan lain untuk keengganan mereka kembali ke Gaza, termasuk jam kerja yang tidak sebanding dengan gaji yang diterima. Mereka membandingkan situasi mereka dengan prajurit cadangan yang justru mendapatkan pengakuan publik, bonus besar, dan dukungan keluarga. Dalam beberapa kasus, prajurit karier bahkan harus bertahan dengan durasi dinas yang tidak pasti, sementara prajurit cadangan bisa menerima hingga 222 juta rupiah per bulan, termasuk bonus.
"Teman sekelas anak saya yang berasal dari keluarga tentara cadangan menerima pengakuan dan dukungan sekolah, sementara anak saya dikeluarkan karena saya seorang prajurit karier," kata seorang komandan tempur yang berbicara kepada media Hayom.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok