Repelita, Jakarta 12 Desember 2024 - Situasi di Suriah kembali memanas dengan munculnya klaim dan aksi terbaru dari berbagai pihak yang terlibat dalam konflik berkepanjangan di negara tersebut.
Pemimpin pemberontak Suriah Ahmad al-Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani, menyampaikan bahwa kelompok jihad yang dipimpinnya, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kini bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengamankan lokasi yang dicurigai menyimpan senjata kimia. HTS, yang awalnya berafiliasi dengan al-Qaeda, dalam beberapa tahun terakhir mencoba memoderasi citranya dan menyatakan tidak akan menggunakan senjata tersebut dalam kondisi apa pun.
Al-Sharaa, dalam pernyataan tertulis yang dibagikan kepada media, mengungkapkan bahwa kelompoknya tengah berupaya membubarkan pasukan keamanan rezim sebelumnya serta menutup penjara yang dikenal dengan praktik penyiksaan brutal di masa pemerintahan Bashar al-Assad. Ia juga menegaskan rencana untuk membentuk pemerintahan teknokrat sebagai bagian dari transisi politik yang dijadwalkan berlangsung hingga Maret 2025.
Di sisi lain, Israel melakukan serangan udara besar-besaran yang menargetkan aset militer rezim Assad, termasuk lokasi senjata kimia. Serangan ini memicu kekhawatiran bahwa persenjataan militer Suriah dapat jatuh ke tangan kelompok musuh di negara itu, termasuk Hizbullah yang didukung Iran.
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan udara Israel pada Rabu (11/12) menghantam lokasi militer di provinsi pesisir Latakia dan Tartus. Lokasi-lokasi ini mencakup pelabuhan dan gudang yang diyakini menyimpan sisa-sisa persenjataan militer rezim sebelumnya. Serangan ini telah berlangsung selama empat hari berturut-turut.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengadakan percakapan dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk membahas situasi di Suriah. Pentagon menyatakan bahwa AS terus mendukung transisi politik yang damai dan inklusif di Suriah, serta menegaskan komitmennya untuk mencegah kelompok ekstremis seperti ISIS membangun kembali basis operasinya di wilayah tersebut.
Austin juga menyampaikan pentingnya konsultasi erat antara AS dan Israel terkait perkembangan di Suriah. Dalam pembicaraan itu, ia menekankan dukungan Washington terhadap upaya Israel untuk mengamankan wilayahnya dan mengatasi situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang saat ini tengah menghadapi dampak konflik berkepanjangan.
Konflik di Suriah, yang telah berlangsung lebih dari satu dekade, terus menunjukkan kompleksitas dengan keterlibatan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Kondisi ini menuntut solusi yang tidak hanya berbasis kekuatan militer, tetapi juga pendekatan diplomatik yang mengutamakan perdamaian dan stabilitas di kawasan.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok
