Jakarta, 8 Desember 2024 - Fakta baru terkait kasus penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang oleh Aipda Robig Zaenudin mulai terungkap. Salah satu korban selamat mengungkapkan bahwa mereka bukanlah anggota gengster atau pelaku tawuran, seperti yang sempat dijelaskan Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar.
Pengacara publik dari LBH Semarang, Fajar Muhammad Andhika, mengungkapkan bahwa korban selamat sempat berkomunikasi dengan orang tuanya melalui WhatsApp sebelum insiden terjadi. Korban mengabarkan sedang mengantar teman ke daerah Gunungpati, Kota Semarang, sekitar 30 menit sebelum ditembak.
"Mendapat pengakuan baru dari korban selamat dan orang tuanya, jelas mereka tidak melakukan tawuran seperti yang dituduhkan," ujar Fajar.
LBH Semarang telah melakukan investigasi, termasuk menemui saksi di lokasi kejadian di Jalan Candipenataran Raya, Ngaliyan, Kecamatan Semarang Barat. Hasilnya menunjukkan tidak ada indikasi tawuran atau aktivitas gengster di tempat kejadian.
"Kesimpulan ini juga dikuatkan oleh keterangan saksi di lokasi. Narasi yang disampaikan Kepala Polrestabes Semarang dapat dikategorikan sebagai obstruction of justice atau upaya menutup-nutupi fakta," lanjut Fajar.
Fajar menegaskan bahwa para korban dikenal sebagai siswa berprestasi yang aktif di sekolah maupun di lingkungan mereka. Salah satu korban selamat bahkan merupakan anak yatim yang menjadi harapan keluarga.
"Maka kami mendesak agar Kepala Polrestabes Semarang dicopot dari jabatannya," tegasnya.
Sebelumnya, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar sempat menjelaskan bahwa tindakan anggotanya dilakukan untuk membubarkan tawuran antar dua kelompok di Semarang Barat. Namun, narasi ini dibantah Kabid Propam Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Aris Supriyono.
Aris mengungkapkan bahwa penembakan ini murni didasari oleh arogansi aparat, tanpa kaitan dengan pembubaran tawuran.
"Motif penembakan berasal dari kejadian di mana kendaraan terduga pelanggar merasa terpepet di jalan. Terduga kemudian menunggu korban berbalik arah dan menembak mereka," jelas Aris.
Kasus ini terus menjadi perhatian publik, dengan desakan agar tindakan tegas diambil terhadap pelaku dan pejabat yang berusaha menutupi fakta.(*)
Editor: Elok WA R-ID