Sukabumi, 5 Desember 2024 – Hujan deras yang mengguyur sejak dini hari menyebabkan Sungai Cikaso, Sukabumi, meluap dan mengubah alirannya menjadi bencana dahsyat. Arus yang beringas menghapus segala yang ada di jalurnya, menyeret pohon-pohon dan puing-puing hingga enam minibus yang tidak sempat diselamatkan.
Kampung Cierih, Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten, menjadi saksi bisu dari bencana alam yang meluluhlantakkan segala yang ada. Air sungai meluap dengan kecepatan mengerikan, sementara warga berlarian menyelamatkan diri, meninggalkan rumah-rumah yang kini terendam banjir. Beberapa rumah terendam hingga setinggi lutut, bahkan ada yang sampai ke dada.
Daeng Sutisna, Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, mengungkapkan bahwa saat ini petugas masih mendata jumlah kendaraan yang terdampak. "Informasi awal menunjukkan enam minibus hilang terseret arus," ujar Sutisna, sementara suara gemuruh air dan teriakan warga yang panik menyelimuti kawasan tersebut.
Sungai Cikaso, yang biasa mengalir tenang, berubah menjadi ancaman mematikan akibat hujan yang tak henti-hentinya. Meskipun wilayah Cierih sudah terbiasa dengan banjir, kali ini arus yang terbentuk jauh melampaui kapasitas normal. Daerah terparah terletak di perbatasan Kecamatan Sagaranten dan Pabuaran, di mana banyak kendaraan hanyut dan rumah-rumah rusak parah.
Pihak BPBD memperkirakan kerugian materi akibat bencana ini mencapai ratusan juta rupiah. Beruntung, tidak ada korban jiwa, meskipun dampak emosional bagi para korban sangat terasa.
"Petugas sudah kami siagakan untuk memantau perkembangan dan membantu evakuasi setelah banjir surut," jelas Sutisna, namun ancaman banjir susulan tetap mengintai. Warga diminta untuk tetap waspada, mengingat hujan deras masih terus mengguyur kawasan tersebut.
Di tengah ketidakpastian, warga bekerja bersama untuk mendirikan tenda darurat dan menyalurkan bantuan. "Setiap tetes hujan kini menjadi ancaman, tetapi kami harus tetap kuat," ungkap salah seorang warga yang terdampak.
Sungai Cikaso, yang dahulu menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang, kini menjadi pengingat akan betapa rapuhnya manusia di hadapan kekuatan alam. (*)
Editor: Elok WA R-ID