Prabowo Dukung Luthfi-Taj Yasin, Emrus Sihombing: Sikap yang Tidak Konsisten dengan Pidato Kepresidenannya
Presiden Prabowo Subianto mendapat kritik tajam setelah video dukungannya terhadap pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, tersebar luas. Kritik ini datang dari berbagai kalangan, salah satunya adalah pakar komunikasi politik Emrus Sihombing.
Emrus menilai bahwa dukungan Prabowo tersebut bertentangan dengan prinsip demokrasi murni yang sebelumnya ditegaskan oleh Prabowo dalam pidato pelantikannya. Dalam pidato tersebut, Prabowo menekankan bahwa demokrasi harus diserahkan sepenuhnya kepada rakyat tanpa adanya intervensi.
Emrus mengingatkan bahwa pidato Prabowo pada saat pelantikannya sebagai Presiden mencerminkan komitmen untuk menghormati proses demokrasi. Namun, menurut Emrus, langkah Prabowo yang mendukung pasangan Luthfi-Taj Yasin menciptakan sebuah paradoks yang merusak citra kepemimpinan Prabowo.
“Pidato terakhirnya yang mendukung Luthfi-Taj Yasin bukanlah Prabowo yang asli. Dia selalu menekankan bahwa pilkada adalah kehendak rakyat,” kata Emrus.
Emrus juga menilai bahwa setiap tindakan politik seorang tokoh, seperti dukungan terhadap kandidat, harus mencerminkan konsistensi dan keaslian dalam komunikasi publik. Dukungan Prabowo dianggap lebih dipengaruhi oleh dinamika sosial-politik di sekitarnya daripada merupakan sikap pribadi yang murni.
Selain itu, Emrus meragukan dampak dukungan Prabowo terhadap elektabilitas pasangan Luthfi-Taj Yasin. Menurutnya, tanpa tindakan nyata dan dukungan politik yang solid, dukungan semacam itu tidak akan memberikan dampak signifikan pada Pilgub Jawa Tengah.
Prabowo, yang sebelumnya menegaskan bahwa Pilkada adalah proses demokrasi yang harus dihormati oleh rakyat, kini dinilai telah mengambil langkah yang bertentangan dengan prinsip tersebut. Banyak yang mempertanyakan apakah langkah ini mencerminkan perubahan dalam pandangan politik Prabowo ataukah hanya dampak dari pertimbangan politik praktis di masa Pilkada.
"Saya melihat karena itu paradoks, berbeda. Maka, satu genuine, satu tidak genuine. Yang genuine menurut saya, sebagai seorang komunikolog, yang pertama bagaimanapun itu dipersiapkan oleh dirinya, dan berpidato di mana beliau dilantik menjadi Presiden," ujar Emrus.