Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa surat permintaan dukungan yang dikeluarkan oleh Presiden Prabowo Subianto untuk pasangan calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono, terkesan dipaksakan.
Gerung mengungkapkan bahwa kehadiran surat tersebut di saat-saat terakhir kampanye menunjukkan adanya tekanan politik yang tidak wajar.
"Situasi ini terlihat sedikit dipaksakan. Pak Prabowo muncul di ujung masa kampanye, tepatnya menjelang minggu tenang. Keputusan untuk mengeluarkan surat tersebut seakan menjadi kalkulasi tersendiri bagi pemilih," ungkap Rocky Gerung dalam wawancara dengan Forum News Network.
Rocky Gerung berpendapat meskipun Prabowo memiliki alasan diplomatik dan kebijakan luar negeri yang mendesak, keputusan untuk kembali ke Jakarta dan mendukung Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta justru menunjukkan adanya pengkondisian politik yang lebih besar.
“Ada pola yang terlihat, semua yang didukung oleh Presiden Jokowi, akhirnya didukung juga oleh Pak Prabowo. Ini terlihat di Jawa Tengah, dan sekarang di Jakarta," tambahnya.
Menurut Gerung, fenomena ini mencerminkan adanya upaya untuk memastikan kemenangan duet Prabowo-Jokowi, meskipun dengan risiko yang besar.
Gerung juga menilai reputasi Ridwan Kamil sebagai calon gubernur DKI Jakarta menurun akibat beberapa blunder dalam kampanye. Dukungan Prabowo di hari-hari terakhir kampanye mungkin sudah terlambat untuk membalikkan tren tersebut.
Rocky Gerung juga menekankan bahwa sebaiknya Prabowo tidak terlibat langsung dalam Pilkada DKI Jakarta.
"Jika Pak Prabowo tetap berada di luar negeri, itu memberi alasan untuk tidak terlibat langsung dalam politik Jakarta. Jakarta kini menjadi sangat penting sebagai kunci menuju Pilpres 2029. Ridwan Kamil dan Suswono mungkin dipasangkan untuk menggaet pemilih DKI, namun risiko politik yang diambil terlalu besar," jelasnya.(*)