Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Keputusan ini diambil setelah serangkaian pertemuan diplomatik intensif yang melibatkan para pemimpin di Washington, Yerusalem, dan Beirut untuk mencari solusi bagi konflik yang telah berlangsung lebih dari satu tahun. Konflik ini telah meluas, memicu ketegangan yang semakin meningkat di Lebanon.
"Kami sudah dekat," namun "tidak ada yang selesai sampai semuanya selesai," ujar John Kirby, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, dikutip dari Reuters pada Selasa, 26 November 2024.
Konflik yang dimulai pada Oktober 2023 antara Israel dan Hizbullah kini memasuki tahap krisis. Proposal gencatan senjata yang sedang dibahas mencakup penarikan pasukan militer Israel dari wilayah selatan Lebanon dan pengerahan pasukan militer reguler Lebanon di daerah perbatasan dalam waktu 60 hari.
Diplomasi ini bertujuan untuk mengakhiri kekerasan yang telah terjadi selama hampir dua bulan dan semakin memanas setelah dimulainya serangan lintas batas antara kedua pihak.
Presiden Prancis mengungkapkan bahwa diskusi mengenai gencatan senjata telah menunjukkan kemajuan signifikan. Sementara itu, di Yerusalem, seorang pejabat senior Israel menyatakan bahwa kabinet Israel akan mengadakan pertemuan pada Selasa, 26 November 2024, untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah.
Meskipun ada perkembangan positif dalam negosiasi, situasi di lapangan tetap tegang. Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di wilayah selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah, sementara kelompok tersebut merespons dengan menembakkan lebih dari 250 roket ke wilayah Israel pada akhir pekan lalu.
Pembentukan komite pemantau gencatan senjata yang terdiri dari lima negara, termasuk Prancis dan dipimpin oleh AS, diharapkan dapat memastikan bahwa kesepakatan ini diterapkan dengan baik.
"Proposal ini tidak menghadapi hambatan serius kecuali Perdana Menteri Netanyahu mengubah pendiriannya," kata Elias Bou Saab, Wakil Ketua Parlemen Lebanon.
Konflik ini bermula dari serangan lintas batas yang diluncurkan oleh Hizbullah sebagai balasan atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang kemudian memicu perang di Gaza. Sejak itu, lebih dari 3.750 orang tewas di Lebanon, dengan lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.(*)