Repelita Aceh Tamiang - Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi menyatakan bahwa perubahan bentuk Sungai Tamiang pascabencana menjadi lebih lebar dan dangkal sehingga menyulitkan pembangunan jembatan sementara di beberapa lokasi kritis.
Ia mengawali penjelasan dengan menyebutkan empat jembatan yang mengalami kerusakan terberat hingga terputus akibat banjir bandang serta longsor pada akhir November 2025.
“Kami laporkan juga bahwa untuk jembatan yang paling parah itu ada empat jembatan, yaitu mulai Desa Baleng Karang, Pematang Durian, Lubuk Sidup, dan satu lagi Desa Pangkalan,” ujar Armia dalam rapat koordinasi Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Pascabencana Sumatera yang digelar DPR RI di Aceh, Selasa (30/12/2025).
Armia menyoroti perubahan morfologi sungai sebagai hambatan utama dalam upaya perbaikan akses infrastruktur tersebut.
Kondisi sungai yang kini melebar dan dangkal menimbulkan risiko tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk mendirikan jembatan darurat di sebagian besar titik.
“Mohon izin Bapak KASAD, karena sekarang ini Sungai Tamiang itu sudah melebar dan dangkal. Tapi kalau mungkin jembatan yang darurat, mungkin, tidak mungkin kita bangun di sana. Karena dengan panjang yang tidak memungkinkan untuk itu, rawan,” ujar Armia.
Meskipun demikian, terdapat satu desa yang masih memiliki potensi untuk dipasangi jembatan sementara mengingat perannya yang sangat penting bagi pergerakan warga setempat.
Armia tidak merinci nama desa tersebut secara spesifik dalam kesempatan itu.
Ia hanya menyampaikan bahwa pihaknya sudah mengajukan laporan terkait kondisi ini kepada instansi terkait untuk mendapatkan tindak lanjut cepat.
“Kami pun sudah melaporkan hal ini kepada BNPB dan juga kepada Pak Dandim untuk bisa segera diusulkan untuk dipasangkan jembatan tersebut,” pungkasnya.
Editor: 91224 R-ID Elok

