Repelita Jakarta - Konsep serakahnomics menjadi perhatian publik setelah diungkap dalam sebuah diskusi podcast antara seorang kreator konten dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Istilah ini menggambarkan sistem ekonomi yang dinilai merugikan pelaku usaha kecil melalui mekanisme penguasaan bahan baku dan pemanfaatan subsidi oleh konglomerat.
Menteri Amran menjelaskan praktik tersebut terjadi ketika pelaku besar membeli gabah dengan harga sangat tinggi sehingga mengguncang mekanisme pasar yang ada.
Akibatnya penggilingan padi skala kecil kesulitan memperoleh bahan baku dan akhirnya tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar.
"Ini gajah diperhadapkan dengan semut. Semut keinjak semua," ujar Amran dalam podcast yang diunggah di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Sabtu (15/11).
Lebih lanjut Menteri Amran mengungkapkan terdapat ketimpangan dalam penyaluran subsidi pemerintah sebesar 144 triliun untuk sektor pertanian.
Dari jumlah tersebut sekitar 159 triliun justru dinikmati oleh kelompok pengusaha besar yang sudah memiliki modal kuat.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan mendasar mengenai kelayakan alokasi bantuan pemerintah tersebut apakah tepat sasaran atau justru menguntungkan pihak tertentu.
Presiden Prabowo Subianto secara tegas menggunakan istilah serakahnomics untuk menyoroti praktik ekonomi yang tidak berkeadilan selama puluhan tahun.
Menurut penuturan Menteri Amran, Presiden memberikan perhatian khusus terhadap persoalan ini dan menginstruksikan penanganan serius.
Menteri mengaku tersentuh dengan komitmen Presiden yang sangat memprioritaskan kesejahteraan rakyat kecil dalam setiap kebijakannya.
Berbagai langkah intervensi telah disiapkan secara matang melalui kajian mendalam mengenai stok dan produksi komoditas pangan.
Pemerintah menyatakan kesiapan penuh untuk mengambil segala tindakan necessary guna memperbaiki sistem yang ada meski mengandung risiko.
Meski demikian langkah-langkah perbaikan di sektor pangan khususnya beras dan minyak goreng terus diupayakan untuk menciptakan sistem yang lebih adil.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

