
Repelita Jakarta - Aktivis dan musisi Melanie Subono menyatakan penolakan kerasnya terhadap rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto.
Sikap itu disampaikan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @melaniesubono, Selasa, 11 November 2025.
Dalam unggahan tersebut, Melanie menampilkan poster wajah Soeharto dengan cap merah bertuliskan kriminal di bagian mata.
Tolak Soeharto jadi pahlawan nasional! Masa iya, kriminal jadi pahlawan nasional?, tertulis pada poster itu.
Melanie menegaskan bahwa ingatan kolektif tentang 32 tahun kekuasaan Soeharto harus dikaji ulang karena masih banyak catatan kelam yang tidak boleh diabaikan.
Ia mencantumkan 19 peristiwa yang disebutnya sebagai dosa-dosa Soeharto, termasuk penculikan aktivis pro-demokrasi Februari–Maret 1998, pembunuhan Marsinah pada 8 Mei 1993, Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, kerusuhan Mei 1998, pembantaian massal 1965–1966, operasi militer di Papua 1969–1998, pembunuhan wartawan Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin pada 1996, kasus Waduk Nipah Madura 1993, perampasan tanah rakyat Kedung Ombo 1985–1989, serta dugaan korupsi di tujuh yayasan yang diketuai Soeharto.
Melanie menambahkan bahwa masih banyak peristiwa lain yang tidak terdokumentasi secara lengkap namun tetap meninggalkan luka bagi banyak orang.
Melanie Subono lahir di Jerman pada 20 Oktober 1976 dan merupakan cucu Presiden ketiga RI, B.J. Habibie.
Selama ini, ia dikenal aktif dalam isu sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia, serta menggunakan media sosial untuk mengkritik ketidakadilan.
Dalam unggahan terbarunya, Melanie menolak Soeharto diberi gelar pahlawan nasional dan mengajak publik mengingat kembali sejarah Orde Baru, khususnya dugaan pelanggaran HAM dan praktik korupsi pada masa itu.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

