
Repelita Majalengka – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti kondisi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang dinilai belum optimal karena keterbatasan konektivitas wilayah.
Dalam konferensi pers pada acara “Satu Tahun Kinerja Pemerintahan Prabowo-Gibran” yang digelar Selasa, 21 Oktober 2025, AHY menyebut lokasi bandara tersebut berada di kawasan yang belum terintegrasi secara menyeluruh.
“Besar, bagus, megah, tapi in the middle of nowhere, di Majalengka, Kawasan Rebana namanya,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun BIJB Kertajati memiliki infrastruktur dan fasilitas yang memadai, keterlambatan pembangunan akses pendukung membuat kawasan tersebut belum berkembang secara maksimal.
“Mungkin awalnya dulu kurang terintegrasi, bandaranya dibangun, tapi konektivitasnya terlambat, sehingga tanggung. Padahal besar, bagus, infrastrukturnya lengkap, tapi hanya di bandara itu, kawasannya belum hidup,” ucapnya.
Pernyataan AHY kemudian menjadi perbincangan di media sosial, hingga ia memberikan klarifikasi bahwa maksudnya adalah mendorong integrasi wilayah agar infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi optimal.
“Mungkin dipotong (secara) sempit ya, tetapi sebetulnya semangatnya adalah bagaimana kita bisa menghadirkan integrasi wilayah,” kata AHY di Bandung, Minggu, 26 Oktober 2025.
Ia menambahkan bahwa konektivitas antara Majalengka, Cirebon, dan kota-kota sekitarnya harus diperkuat agar BIJB Kertajati tidak terisolasi dan dapat menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi kawasan.
“Kalau kemudian terisolir, seperti terisolir tidak nyambung satu sama lain dan tidak terintegrasi, maka sayang. Itu perlu kita hubungkan dengan wilayah-wilayah lainnya,” ujarnya.
Menurut AHY, pembangunan infrastruktur seperti bandara dan dermaga harus disertai dengan akses jalan dan transportasi yang memadai agar benar-benar hidup dan tidak menjadi beban anggaran.
“Jangan sampai infrastrukturnya besar, bagus, memakan biaya yang tinggi, tetapi tidak optimal,” tegasnya.
Ia menyampaikan bahwa pihak kementerian terus melakukan simulasi solusi untuk mengoptimalkan fungsi BIJB Kertajati, termasuk menjadikannya sebagai pusat industri dirgantara nasional.
Pada Kamis, 30 Oktober 2025, AHY mengungkapkan bahwa pengembangan BIJB Kertajati sebagai hub industri dirgantara dimulai dari kerja sama dengan Garuda Maintenance Facility (GMF).
“Kami tidak hanya berhenti di masalah. Setiap saat kami terus mensimulasikan apa saja yang bisa menjadi solusi, termasuk bagaimana Kertajati dapat dikembangkan menjadi hub industri dirgantara,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa kerja sama tersebut akan mencakup kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan perombakan atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) yang akan mendorong pertumbuhan industri penerbangan nasional.
“Di awal mungkin dimulai dengan helikopter, mudah-mudahan setelah itu pesawat bersayap tetap (fixed wings),” kata AHY.
AHY menekankan bahwa pengembangan Kertajati tidak bisa dilepaskan dari peran Kawasan Rebana Metropolitan yang mencakup Majalengka, Cirebon, dan Subang.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan strategis seperti pengembangan industri di Kertajati dapat menjadi pemicu tumbuhnya wilayah di sekitarnya.
Menurutnya, kawasan Rebana memiliki potensi besar untuk berkembang jika seluruh infrastruktur di dalamnya saling terhubung dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Kertajati dan Rebana adalah contoh konkret bagaimana infrastruktur dapat membuka isolasi, menggerakkan ekonomi daerah, dan memperkuat daya saing wilayah,” tuturnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

