
Repelita Jakarta - Keputusan Presiden Prabowo Subianto menunjuk Muhammad Qodari sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) memicu kritik tajam dari pengamat politik Rocky Gerung.
Penunjukan tersebut dilakukan pada Rabu, 17 September 2025, dan dinilai Rocky sebagai langkah keliru yang berpotensi merusak demokrasi.
Pak Prabowo berusaha merespons tuntutan publik, tapi cara yang dipilih keliru dengan mengangkat Qodari.
Rocky menyampaikan pandangannya dalam siniar Ruang Sahabat bersama Mahfud MD, dan menilai bahwa keputusan tersebut justru memperburuk citra presiden.
Ia menyoroti rekam jejak Qodari sebagai penggagas wacana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
Qodari pernah mendorong ide tiga periode. Maka ketika ia diangkat sebagai KSP, wajar jika publik menilai ada sinyal Prabowo ingin mengarah ke sana juga.
Rocky menyebut bahwa penunjukan Qodari bisa memunculkan persepsi publik bahwa Prabowo hendak menghidupkan kembali wacana tersebut.
Ia membandingkan reshuffle kabinet sebelumnya dengan yang baru, dan menyimpulkan bahwa keputusan kali ini menimbulkan kesan negatif.
Begitu Qodari masuk, citra presiden otomatis menurun. Ini kesan buruk yang tak bisa dihindari.
Rocky menekankan bahwa posisi Kepala KSP sangat strategis dan setara dengan orang kedua di lingkaran Istana.
Di Amerika, kepala staf presiden disebut orang kedua. Jadi, kenapa justru sosok yang punya catatan antidemokrasi seperti Qodari dipilih untuk posisi sepenting ini?
Ia juga menyampaikan bahwa kritik terhadap penunjukan Qodari tidak hanya datang dari dirinya, tetapi juga dari kalangan mahasiswa.
Mereka bertanya-tanya, mengapa Prabowo seakan tidak memahami makna demokrasi sebagai penjaga konstitusi. Qodari jelas pernah mendorong ide yang bertentangan dengan itu, yakni perpanjangan tiga periode.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

