Repelita Jakarta – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi kepolisian dalam menangani kasus penjarahan di rumah pribadi mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Dalam wawancara di Program Rosi Kompas TV pada Kamis malam, 25 September 2025, Listyo menjelaskan bahwa penjarahan memiliki karakteristik berbeda dari kerusuhan biasa, sehingga menyulitkan aparat untuk mendeteksi dan mencegahnya.
Ia menyebut bahwa penjarahan kerap terjadi setelah kerusuhan dan menyebar di berbagai titik, bukan terpusat di satu lokasi.
“Kalau aksi penjarahan ini memang jauh lebih sulit. Karena apa? Terjadinya, biasanya pasca-kerusuhan dan titiknya juga menyebar, tidak di satu titik. Sehingga kemudian ya terus terang polisi memang sulit menghadapi hal tersebut, memang tidak terdeteksi,” ujar Listyo.
Kapolri menambahkan bahwa penjarahan sering kali bercampur dengan kelompok perusuh dan muncul secara tiba-tiba.
Sementara itu, untuk aksi anarkis dalam demonstrasi, Polri memiliki kemampuan membaca pola gerakan massa.
“Terkait dengan pola-pola pelaku aksi anarkis, pelaku kerusuhan, Polri bisa membaca pola mereka sehingga kemudian terlihat tanda-tandanya di lapangan. Mereka turun tanpa orasi kemudian langsung melakukan lemparan dan sebagainya dari hal tersebut kita bisa pelajari. Sehingga tentunya juga kita mengedepankan pencegahan,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa Polri rutin melakukan swiping terhadap barang-barang berbahaya seperti bom molotov dan senjata tajam untuk mencegah kerusuhan.
Menurut Listyo, insiden penjarahan di rumah Sri Mulyani merupakan peristiwa yang lebih kompleks dibandingkan kerusuhan biasa.
“Jadi ini lebih kompleks, lebih sulit dan tentunya itu juga menjadi salah satu PR kita ke depan untuk kemudian bisa mengatasi hal tersebut,” katanya.
Rumah pribadi Sri Mulyani dilaporkan menjadi salah satu kediaman pejabat yang dirusak dan dijarah dalam insiden tersebut.
Wartawan Istana Harian Kompas 2004–2025, Suhartono, menyebut bahwa Sri Mulyani telah menerima informasi mengenai rencana penjarahan sejak siang hari.
“Jadi yang saya dapat info, siang hari sebelum terjadi penjarahan Ibu Sri itu sudah datang ke sana, memang kebetulan ingin melihat, kelihatannya sudah mendapatkan info (rumahnya akan dijarah),” ujar Suhartono dalam Business Talk Spesial HUT ke-14 KompasTV, Selasa malam, 9 September 2025.
Sri Mulyani disebut sempat menghubungi Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin untuk meminta tambahan pengamanan.
“Dikirim sekitar cuma 20 tentara, sehingga dia tidak menahan ratusan warga yang datang, yang dikerahkan dengan 5 bus untuk datang ke rumah Bu Sri Mulyani,” ungkap Suhartono.
Ia menambahkan bahwa Sri Mulyani merasa khawatir terhadap keselamatan dirinya.
“Ibu Sri Mulyani merasa, ini baru aset-asetnya saja, bagaimana kalau dia ada di rumah jiwanya juga diambil. Jadi itu yang membuat Bu Sri down tetapi dia tetap sebagai menteri yang cukup baik, dia tetap menyatakan tetap bertahan. Tapi ketika bertahan, dia tiba-tiba harus diganti,” kata Suhartono. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

