Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Amelia Ahmad Yani Ungkap Momen Keluarga Terima Kabar Gugurnya Sang Ayah di Lubang Buaya

 

Repelita Jakarta – Amelia Ahmad Yani, putri dari Jenderal Anumerta Ahmad Yani, mengenang momen keluarganya mendapat kepastian bahwa sang ayah telah gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Dalam siniar YKCB yang dikutip pada Senin, 22 September 2025, Amelia menuturkan bahwa setelah penculikan sang ayah oleh pasukan Cakrabirawa, seluruh keluarga mengungsi ke sebuah rumah di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Itu adanya di Pasar Minggu karena banyak pohon rambutan. Jadi kami di sana itu ceritanya mengungsi, ujarnya.

Sementara itu, rumah di Jalan Lembang Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat yang sebelumnya ditempati keluarga Ahmad Yani, dijadikan pos komando untuk koordinasi dengan Kostrad.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, ibu Amelia, Yayu Rulia Sutowiryo, yang saat itu hanya berdiam di kamar, tiba-tiba meminta kebaya hitam sekitar pukul enam sore.

Permintaan tersebut mengundang tanya dari anak-anaknya yang belum menerima kabar pasti tentang kondisi Ahmad Yani.

Lah Ibu kenapa kok minta kebaya, buat apa, kata Amelia mengingat momen tersebut.

Tanpa ada informasi resmi, sang ibu menyampaikan kalimat yang mengejutkan.

Bapak mu wis ora ono, ibu saya bilang gitu. Kok tahu gitu ya. Kita itu masih enggak tahu kalau Bapak itu sudah gugur, enggak tahu, ujarnya.

Amelia mengaku bahwa meski sempat melihat tubuh sang ayah diseret oleh para penculik pada pagi buta 1 Oktober 1965, ia masih berharap ayahnya dirawat di rumah sakit.

Katanya sih dirawat di rumah sakit, di mana saya juga enggak tahu. Ceritanya pengawal kan begitu, katanya.

Yayu kemudian mengatakan bahwa Ahmad Yani sempat datang dan menitipkan pesan khusus.

Barusan Bapak itu datang, ibu saya bilang, jaga anak-anak, ucap Amelia menirukan ucapan sang ibu.

Pada saat yang sama, lokasi Lubang Buaya yang menjadi tempat penguburan para jenderal Angkatan Darat mulai ditemukan dan digali oleh tim evakuasi.

Itu sumur lagi digali kan sama penggali-penggali untuk evakuasi jenazah, ucapnya.

Mayor CPM Subardi, ajudan Ahmad Yani yang akrab disapa Om Baldi, melakukan pencarian hingga ke Lubang Buaya bersama rekannya Kitman.

Dicari sama Om Baldi yang nusuk-nusuk tanah gitu sama pak Kitman, menemukan yang bisa blus jeblos. Karena itu sudah rata, jadi enggak mungkin tahu kalau ada sumur, ucapnya.

Setelah lokasi ditemukan, Yayu kembali menyampaikan bahwa Ahmad Yani telah pergi dan menitipkan pesan agar anak-anak dijaga.

Nah, setelah ketemu itu lokasi sumur, itu yang gaibnya ngasih tahu bahwa dia sudah enggak ada, sudah pergi gitu. Terus pesan sama ibu saya, jagak anak-anak. Kami nangis aja waktu itu. Ibu saya bilang, udah jangan nangis terus, ungkapnya.

Keesokan harinya, pada 4 Oktober 1965, Om Baldi datang ke rumah dalam kondisi lusuh dan kelelahan.

Uh matanya merah, keringat sudah enggak karu-karuan, bajunya kotor sekali, sepatu botnya penuh lumpur, ungkapnya.

Amelia yang saat itu berusia 15 tahun, menuturkan bahwa keluarga langsung menanyakan kabar sang ayah.

Pertanyaannya cuman satu, sudah ketemu Bapak, Om? Sudah katanya, katanya.

Om Baldi kemudian menyampaikan kondisi Ahmad Yani kepada Yayu di dalam kamar, lalu memanggil anak-anak untuk memberi kepastian.

Anak-anak Ahmad Yani langsung bergegas ingin mengetahui kabar tersebut.

Tapi Om Baldi saya lihat nunduk kepalanya, nangis. Aduh ini pasti firasat jelek sekali gitu. Ibu akhirnya gini, sekarang Bapak mu sudah benar-benar enggak ada, yang ada hanya Ibu dan kamu semua. Dan kamu harus bisa menerima kenyataan ini, kata Amelia.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved