Repelita Jakarta - Mantan Ketua Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof Koentjoro, akhirnya dipertemukan langsung dengan Rismon Sianipar yang selama ini dia tuding telah mencoreng nama baik kampus tersebut melalui isu ijazah Presiden Jokowi.
Pertemuan antara Prof Koentjoro dengan Rismon terjadi di acara Rosi Kompas TV pada Kamis 31 Juli 2025 malam yang juga dihadiri oleh Rosiana Silalahi sebagai pembawa acara.
Dalam forum tersebut, Prof Koentjoro menegaskan di hadapan publik bahwa Jokowi benar pernah kuliah dan lulus di Fakultas Kehutanan UGM, sesuai pengakuan sahabat dosen maupun teman seangkatannya.
Ia menyampaikan bahwa tudingan ijazah palsu yang dilempar Rismon dan beberapa pihak lain hanya mendatangkan kerugian citra bagi UGM sebagai institusi pendidikan tinggi.
Prof Koentjoro menjelaskan pada masanya memang tidak ada penjurusan resmi seperti teknologi kayu, tetapi hanya peminatan dosen dan bidang riset mahasiswa yang kerap disalahartikan sebagai jurusan formal.
Ia menilai sikap rektorat yang enggan menunjukkan ijazah asli di hadapan Rismon dkk pada aksi 15 April 2025 lalu adalah bentuk perlindungan atas privasi dan hak asasi mahasiswa, bukan upaya menutupi data.
Prof Koentjoro secara blak-blakan menegur Rismon di studio karena mengatasnamakan cinta almamater tetapi justru merusak reputasi almamater dengan polemik berkepanjangan.
Menurut dia, jika benar peduli, Rismon seharusnya berhenti memelihara keraguan dan memprovokasi orang lain dengan dugaan transkrip nilai palsu.
Menanggapi teguran itu, Rismon tetap bersikukuh bahwa transkrip nilai Jokowi yang diperlihatkan Bareskrim pada 2025 tidak baku karena berformat tulisan tangan, berbeda dengan data transkrip Fakultas Kehutanan era 1980-an.
Rismon menilai sikap UGM yang menunda membuka data hanya menambah kecurigaan publik seolah ada yang disembunyikan dari catatan akademik Jokowi.
Prof Koentjoro pun membalas dengan menekankan bahwa di UGM pada dekade 80-an masih lazim ada dokumen manual dengan tulisan tangan dan dia memiliki data pendukung yang tidak bisa disebarkan ke publik.
Sebelumnya pada 21 Juli 2025, Prof Koentjoro juga sudah menyebut nama Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan dr Tifa sebagai pihak yang telah merusak nama besar UGM dengan memelintir isu keaslian ijazah Jokowi.
Sebagai akademisi, Koentjoro menegaskan dirinya tetap berdiri di sisi kebenaran akademik meskipun kerap mengkritisi kebijakan Jokowi dalam ranah demokrasi dan etika bernegara.
Baginya, membela keabsahan ijazah Jokowi adalah bagian dari tanggung jawab menjaga martabat kampus dan para alumni agar tidak tercemar rumor yang tidak terbukti.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

