Robot Humanoid Polri Dipertontonkan di Hari Bhayangkara, Peneliti ISEAS: Cuma Mainan Pakai Remote, Bukan Terobosan Teknologi

 

Repelita Jakarta - Penampilan robot humanoid dalam perayaan Hari Bhayangkara ke-78 yang dipamerkan oleh Polri menarik perhatian publik dan memunculkan berbagai tanggapan kritis.

Salah satu yang menanggapi tajam adalah peneliti ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, dalam keterangannya yang dipublikasikan pada 4 Juli 2025.

Made menyebut dirinya mendukung upaya aparat yang mulai mendekati dunia teknologi.

Namun, ia menilai apa yang dilakukan Polri belum menyentuh inti kemajuan yang sesungguhnya.

Ia membandingkan dengan kemampuan Ukraina yang mampu menghancurkan puluhan pesawat tempur Rusia hanya dengan drone murah dan teknik sederhana.

Kunci dari keberhasilan itu, menurut Made, adalah kreativitas, bukan semata kecanggihan.

Ukraina bahkan menggunakan sinyal telepon lokal dan kabel serat optik untuk menghindari radar.

Dari perbandingan itu, Made mempertanyakan nilai manfaat robot yang dipamerkan Polri.

Ia menyinggung apakah robot tersebut memiliki fungsi nyata dalam tugas kepolisian atau sekadar pertunjukan simbolik.

"Apakah robot itu dipakai untuk ngatur lalu lintas? Untuk jadi sniper? Untuk melawan koruptor? Atau cuma buat gaya-gayaan biar kelihatan canggih?" cetusnya.

Made mengaku kecewa setelah mengetahui bahwa robot-robot itu dikendalikan dari jarak jauh.

"Begitu saya lihat, ternyata robot-robot ini dikendalikan pakai remote control. Apa bedanya dengan mobil-mobilan remote control?" ucapnya.

Ia juga menyinggung mimik orang-orang yang mengendalikan robot tersebut.

Menurutnya, mereka terlihat seperti sedang menggiring bebek agar tidak tercerai-berai.

"Ekspresi mereka yang pegang remote itu, persis kayak orang lagi angon bebek," ujarnya.

Made menutup komentarnya dengan menyindir wacana pemanfaatan AI di Indonesia yang menurutnya tidak realistis.

"Katanya Mas Wapres kita harus memanfaatkan AI. Itu bikin saya pengen misuh."(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga