Repelita Jakarta - Dua pejabat penting PT Bumi Resources Tbk (BUMI) resmi mengundurkan diri pada awal Juli 2025.
Mereka adalah Yingbin Lan He dari posisi Direktur dan Jinping Ma dari jabatan Komisaris.
Pihak manajemen menyatakan telah menerima pengunduran diri tersebut pada 1 Juli 2025 dan akan memprosesnya sesuai anggaran dasar perusahaan.
Pada saat bersamaan, HSBC-Fund SVS A/C Chengdong Investment Corp-Self terpantau menjual saham BUMI sebanyak 38,76 juta lembar.
Penjualan saham itu terjadi pada 2 Juli 2025, sesuai data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Dalam keterbukaan informasi yang dirilis pada Jumat, 4 Juli 2025, harga saham BUMI tercatat stagnan di level Rp 113 dengan volume perdagangan mencapai 829,02 juta dan nilai transaksi Rp 93,21 miliar.
Kapitalisasi pasar perusahaan tercatat sebesar Rp 41,96 triliun.
Saham BUMI diketahui melemah 4,24% dalam sepekan terakhir dan merosot 17,52% dalam enam bulan terakhir.
Berdasarkan kalkulasi di harga Rp 113, HSBC-Fund meraih dana sekitar Rp 4,38 miliar dari penjualan saham tersebut.
Sebelumnya, HSBC-Fund memegang 38,38 miliar saham atau 9,80% dari total kepemilikan, kini turun menjadi 36,42 miliar saham atau setara 9,81%.
Dari sisi keuangan, BUMI mencatatkan total liabilitas sebesar US$ 1,3 miliar per akhir 2024 atau sekitar Rp 21 triliun.
Jumlah ini terdiri dari liabilitas jangka pendek US$ 530 juta dan liabilitas jangka panjang US$ 768,5 juta.
Pada kuartal I 2025, total liabilitas BUMI turun menjadi US$ 1,16 miliar.
Liabilitas jangka pendek tercatat turun menjadi US$ 450 juta, sementara liabilitas jangka panjang menjadi US$ 715 juta.
Laba bersih perusahaan pada kuartal I 2025 hanya mencapai US$ 17,9 juta, jauh menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 67,6 juta.
Penurunan laba disebabkan oleh penurunan pendapatan dari US$ 1,44 miliar menjadi US$ 1,17 miliar akibat lesunya harga batu bara.
Sepanjang tahun 2024, BUMI sempat mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 45,5% menjadi US$ 170,9 juta atau setara Rp 2,76 triliun.
Kenaikan itu terjadi meski pendapatan turun 13% menjadi US$ 5,7 miliar, karena beban pokok berhasil ditekan 14% menjadi US$ 5,1 miliar. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok