Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Tambang Nikel Dikecam Rusak Raja Ampat, Bahlil Bungkam Ancaman terhadap Surga Terakhir Papua

 3 Lagu yang Menyoroti Berbagai Isu di Papua

Repelita Papua Barat - Aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat, kembali menuai kritik keras dari masyarakat karena dituding melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014.

Pasal 23 ayat 2 dan Pasal 35 huruf k dari undang-undang tersebut dengan jelas melarang eksploitasi yang merusak wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kawasan Raja Ampat dikenal sebagai salah satu wilayah konservasi paling penting di dunia karena keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.

Namun demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia tetap membantah adanya kerusakan lingkungan akibat pertambangan di wilayah tersebut.

Padahal, laporan Greenpeace mengungkapkan bahwa tambang nikel telah mengancam ekosistem laut dan darat, termasuk spesies endemik seperti biawak waigeo, udang mantis merak, dan hiu karpet berbintik.

Ratusan pulau kecil, terumbu karang, hingga mata pencaharian masyarakat sekitar juga berada di ambang kehancuran.

Bagi banyak kalangan, tanah Papua disebut sebagai kepingan terakhir surga Indonesia yang terus-menerus terancam eksploitasi.

Sejak lama, tanah Papua tidak pernah benar-benar bebas dari penjarahan sumber daya yang dibungkus dengan kedok investasi.

Penolakan terhadap aktivitas pertambangan juga digaungkan oleh mahasiswa Papua dan simpatisan Front Rakyat Anti Investasi dan Militerisme dalam aksi unjuk rasa di Bandung, 16 Juni 2025.

Mereka menyuarakan bahwa investasi dan keberadaan aparat bersenjata hanya membawa kesengsaraan bagi rakyat Papua.

Dalam konteks ini, seniman dan musisi pun ikut menyuarakan keresahan lewat karya-karya mereka.

Lagu ‘Lembah Baliem’ dari Slank menggambarkan kesederhanaan masyarakat Papua yang kehilangan hutannya akibat tambang.

Lewat bait “Aku gak ngerti ada banyak tambang, yang aku tahu banyak hutan yang hilang,” Slank menyentil ironi pembangunan yang menyingkirkan kehidupan lokal.

Oscar Lolang dalam lagu 'Eastern Man' melukiskan sosok pria Papua yang tetap tersenyum meski rumahnya dirusak dan keluarganya menjadi korban.

Lirik berbahasa Papua seperti “Sa pu mama mati karena tentara” mempertegas realita pahit yang mereka hadapi.

Sementara itu, Doddie Latuharhary dalam lagu ‘Tanah Papua’ mengekspresikan kecintaan terhadap alam dan warisan leluhur yang terus terkikis.

Ia menyebut Papua sebagai tempat lahir yang menyatu dengan angin dan daun, penuh ketenangan dan suara burung surga.

Meski langit terbelah, katanya, “aku tetap Papua.”

Lagu-lagu ini menjadi jeritan sunyi dari sebuah tanah yang terus berusaha mempertahankan jati diri dan kehidupannya. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved