Repelita Jakarta - Nama Widodo mendadak mencuat setelah disebut sebagai sosok misterius di balik pengurusan dokumen pribadi Joko Widodo saat pencalonan Gubernur DKI Jakarta pada 2012.
Ia bukan pejabat publik, bukan tim sukses resmi, tapi disebut-sebut sebagai relawan teknis asal Solo yang menangani hal-hal administratif penting yang tidak banyak diketahui publik.
Pengakuan itu datang dari politikus senior PDI Perjuangan, Beathor Suryadi, yang mengungkap bahwa Widodo bersama beberapa orang lainnya bekerja secara diam-diam dari sebuah rumah di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
“Semua dokumen disiapkan buru-buru di rumah Cikini. Strategi teknis digodok di sana,” ujar Beathor.
Widodo disebut sebagai salah satu yang mengurus dokumen penting milik Jokowi, termasuk ijazah yang kini menjadi sorotan publik.
Menurut Beathor, ada kejanggalan dalam dokumen tersebut yang memunculkan dugaan bahwa ijazah itu bukan berasal dari Universitas Gadjah Mada secara resmi, melainkan dari pihak yang mengurus dokumen alternatif.
Ia menyebutkan nama kawasan Pasar Pramuka sebagai lokasi yang diduga menjadi sumber dokumen palsu itu.
“Jenis kertas, tinta, bahkan bentuk hurufnya berbeda dengan standar UGM,” tambah Beathor.
Keberadaan Widodo pun disebut sudah tidak terlacak sejak 2023, bertepatan dengan mencuatnya kembali isu ijazah Jokowi lewat buku yang ditulis Bambang Tri Mulyono.
Ia digambarkan sebagai sosok hantu dari relawan Solo: tidak tercatat dalam struktur resmi, tapi punya akses terhadap dokumen sensitif.
Selain Widodo, dua nama lain yakni Inda dan Deny Iskandar juga dikaitkan dalam pengurusan berkas Jokowi di masa awal pencalonan.
Beathor menyebut mereka bekerja sebagai tim administratif informal untuk melengkapi syarat-syarat pencalonan ke KPU DKI.
Ia juga menyebut mantan Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto pernah melihat langsung salinan ijazah tersebut.
Menurutnya, Andi sempat terkejut karena semua ijazah Jokowi dari jenjang SD hingga kuliah menggunakan foto yang sama.
“Seharusnya tiap ijazah berbeda foto. Ini kok semua sama. Sangat janggal,” ujar Beathor.
Ia meminta Andi untuk bicara jujur demi mengungkap kebenaran sejarah dan mendorong UGM serta Bareskrim untuk melakukan audit forensik secara menyeluruh. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok