
Repelita Jakarta - Dewan Gereja Sedunia (WCC) menyatakan keprihatinan mendalam atas penderitaan dan genosida yang dialami warga Palestina akibat konflik dan kejahatan perang oleh Israel.
WCC adalah organisasi yang menghubungkan berbagai gereja di seluruh dunia untuk bersatu dalam misi sosial dan spiritual.
Dalam pernyataannya, WCC menyoroti praktik apartheid yang terjadi di Israel serta menuntut agar pendudukan Israel di wilayah Palestina segera diakhiri dan blokade ilegal di Gaza dicabut.
Organisasi ini juga menyerukan agar negara-negara dan gereja-gereja memberikan respons nyata dengan menerapkan sanksi terarah, divestasi, dan embargo senjata sebagai konsekuensi atas pelanggaran hukum internasional.
Menurut laporan Mondoweiss, sikap WCC ini menunjukkan perubahan signifikan dalam respons organisasi terhadap krisis yang dialami Palestina selama puluhan tahun.
WCC menegaskan komitmennya untuk menginspirasi kerja sama antar gereja demi persatuan, keadilan, dan perdamaian.
Sebelumnya, banyak gereja dan organisasi ekumenis cenderung mengutamakan persatuan daripada keadilan dalam menyikapi penderitaan Palestina, untuk menjaga hubungan dengan komunitas Yahudi dan menghindari tuduhan antisemitisme.
Perubahan sikap WCC ini didorong oleh gerakan Kristen nonkekerasan Kairos Palestine dan mitranya, Global Kairos for Justice, yang selama bertahun-tahun mengadvokasi pengakuan jelas terhadap penderitaan warga Palestina dan perlunya keadilan.
Kairos Palestine menyambut baik pernyataan WCC yang menyebut istilah apartheid sebagai gambaran tepat atas situasi di Palestina.
Mereka menilai langkah WCC sebagai titik balik penting dalam kesaksian moral dan teologis gereja global terhadap isu Palestina.
Koordinator Umum Kairos Palestine, Rifat Kassis, menegaskan pentingnya gereja bersuara tegas menentang pendudukan, apartheid, dan genosida.
Ia menyatakan diamnya gereja saat ini merupakan pengkhianatan terhadap keadilan dan iman.
Kassis mengajak berbagai denominasi untuk menunjukkan solidaritas berani dengan rakyat Palestina dan mendukung upaya hukum internasional seperti Mahkamah Pidana Internasional dan Mahkamah Internasional dalam menuntut pertanggungjawaban pelaku pelanggaran.
Patriark Latin Emeritus Yerusalem, Michel Sabbah, menyampaikan apresiasi atas keberanian WCC dalam mengakui realitas yang dihadapi warga Palestina.
WCC yang mewakili lebih dari setengah miliar umat Kristen di seluruh dunia ini mengadakan pertemuan pleno setiap tujuh tahun dan memiliki Komite Sentral yang berwenang berbicara atas nama gereja-gereja anggota.
Pernyataan ini menjadi tonggak penting dalam advokasi keadilan bagi Palestina dan menuntut penghentian konflik yang terus berlangsung. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

