Repelita Lombok - Agam Rinjani, pemandu gunung sekaligus relawan penyelamat di Gunung Rinjani, menjadi sorotan usai keberhasilannya mengevakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins.
Juliana ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh ke jurang sedalam 600 meter.
Evakuasi berlangsung dramatis dan penuh risiko.
Agam menginap semalam di pinggir tebing curam bersama jenazah Juliana.
Melalui unggahan Instagram, ia membagikan momen perjuangan mengevakuasi korban yang terjebak di medan ekstrem.
Netizen Brasil ramai memberikan pujian.
Komentar seperti “Pahlawan kami tidak memakai jubah, tapi ransel besar” membanjiri kolom unggahannya.
Media asing seperti Globo.com turut menyoroti perannya.
Namun pujian terhadap Agam memicu kontroversi dari Tim SAR yang juga terlibat dalam evakuasi.
Rio Pratama, salah satu anggota SAR, menyampaikan kekecewaannya karena menurutnya evakuasi dilakukan oleh tim, bukan individu.
Ia mengkritik penggalangan donasi atas nama pribadi yang dilakukan tanpa koordinasi tim.
“Apakah Agam bisa evakuasi sendiri?” tulis Rio di Instagram sambil menyertakan video tim SAR yang turut menarik tali dan menyiapkan peralatan evakuasi.
Ia menegaskan bahwa misi ini adalah aksi kemanusiaan, bukan panggung individu.
Rio juga mempertanyakan alasan tidak ada pemberitahuan soal donasi tersebut.
Postingan donasi di akun Agam kemudian dihapus.
Sampai berita ini diturunkan, Agam belum memberikan penjelasan.
Ia hanya membagikan ulang postingan yang mendukungnya tanpa menanggapi langsung soal polemik donasi.
Di sisi lain, Agam tetap menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga Juliana.
Dalam sesi live TikTok bersama seorang perempuan yang disebut keluarga korban, ia menyesal tidak bisa membawa pulang Juliana dalam keadaan hidup.
“Medannya terlalu berat dan terlalu jauh ke bawah,” kata Agam.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman, korban yang jatuh ke jurang di Rinjani jarang bisa selamat.
Sebelumnya, Agam juga terlibat dalam evakuasi korban WNA asal Malaysia bernama Rennie Bin Abdul Ghani yang meninggal akibat jatuh di jalur pendakian Torean.
Evakuasi dilakukan dengan metode tali carabiner dan sistem vertical rescue.
Dari dua kasus tersebut, Agam dikenal sebagai salah satu sosok yang aktif dan terlatih dalam penyelamatan ekstrem.
Namun, dinamika dalam tim evakuasi membuka diskusi baru soal transparansi, kerja kolektif, dan etika penggalangan donasi dalam situasi darurat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.