Repelita Jakarta - Para ilmuwan masih disibukkan dengan misteri sinyal tak lazim yang muncul dari bawah es Antartika dan pertama kali terdeteksi hampir satu dekade lalu.
Gelombang radio aneh itu terpantau oleh eksperimen bernama ANITA, yang menggunakan balon udara untuk memindai partikel kosmik berenergi tinggi.
Yang mengejutkan, sinyal tersebut datang dari sudut ekstrem, sekitar 30 derajat di bawah permukaan es.
Secara teori, gelombang itu seharusnya sudah terserap sepenuhnya oleh lapisan bumi.
Stephanie Wissel dari Pennsylvania State University menyebut arah datang sinyal itu menentang pemahaman dasar fisika partikel saat ini.
Hal ini bertolak belakang dengan Model Standar, yang memperkirakan bahwa neutrino hanya mungkin muncul dari dekat cakrawala.
Sinyal ini menembus ribuan kilometer batuan padat, yang seharusnya mustahil dilalui partikel tersebut tanpa kehilangan energi sepenuhnya.
Justin Vandenbroucke dari University of Wisconsin juga menggarisbawahi keanehan ini.
Ia menyatakan bahwa partikel yang datang dari jauh di bawah permukaan bumi tak mungkin lolos jika mengikuti aturan fisika konvensional.
Selama bertahun-tahun, berbagai lembaga termasuk Observatorium Pierre Auger di Argentina mencoba memburu sinyal serupa.
Namun, tak satu pun jejak anomali itu terulang dalam pengamatan mereka.
Hal ini menimbulkan pertanyaan baru: apakah gelombang itu benar-benar berasal dari neutrino, atau ada fenomena lain yang belum diketahui?
Sebagian ilmuwan sempat menduga sinyal itu merupakan jejak neutrino tau, jenis neutrino yang dapat berubah dan muncul kembali setelah meluruh.
Namun, sudut kedatangannya membuat teori tersebut diragukan.
Sinyal itu seharusnya muncul dekat cakrawala, bukan dari kedalaman ekstrem.
Eksperimen lain, seperti IceCube yang menanam detektor dalam es, juga tidak menemukan sinyal serupa.
Jika sinyal itu memang dari neutrino, seharusnya IceCube bisa mendeteksinya.
Stephanie Wissel mengakui bahwa hingga kini belum ada penjelasan pasti.
Namun ia tidak menutup kemungkinan bahwa sinyal itu bisa jadi berasal dari fenomena biasa yang belum dikenali sepenuhnya.
Untuk mengungkap jawabannya, ia kini tengah mengembangkan detektor baru bernama PUEO yang akan terbang Desember 2025.
Alat ini diklaim sepuluh kali lebih sensitif dibanding pendahulunya, ANITA.
Harapannya, PUEO bisa menangkap sinyal-sinyal serupa dengan lebih jelas dan membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam.
Peter Gorham, pencetus eksperimen ANITA, menegaskan bahwa langkah selanjutnya adalah menyusun ulang hipotesis dari awal dan menelusuri setiap kemungkinan dengan kepala dingin.
Apakah ini akan mengubah hukum fisika seperti yang kita kenal, atau sekadar menyempurnakan pemahaman terhadap alam semesta, waktu yang akan menjawab. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok