Repelita Jakarta – Pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang mengusulkan pengenalan kecerdasan buatan (AI) dalam kurikulum pendidikan Indonesia mendapat tanggapan keras dari berbagai kalangan, salah satunya aktivis muda Virdian Aurellio.
Virdian, yang dikenal sebagai mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa wacana tersebut terkesan terburu-buru dan tidak realistis.
Dalam kicauannya di media sosial, Virdian mengingatkan bahwa pendidikan di Indonesia harus lebih fokus pada penyelesaian masalah mendasar, seperti pemerataan kualitas pendidikan dan infrastruktur yang belum merata.
Menurutnya, ide untuk memasukkan AI dalam kurikulum belum tepat jika dilihat dari kondisi nyata yang masih dihadapi oleh banyak daerah di Indonesia. Ia berpendapat bahwa saat ini bukan waktunya untuk melompat terlalu jauh tanpa menyelesaikan persoalan mendasar terlebih dahulu.
Virdian juga menambahkan, penting untuk memprioritaskan pendidikan yang mampu merespons kebutuhan dasar siswa di seluruh Indonesia. Ia berargumen bahwa tanpa pendidikan yang merata, kebijakan seperti ini hanya akan menambah jurang ketimpangan antara wilayah yang lebih maju dan daerah yang tertinggal.
Sebagai seorang aktivis, Virdian mendesak pemerintah untuk lebih fokus pada pemerataan akses pendidikan sebelum mempertimbangkan penerapan teknologi canggih dalam kurikulum.
Pernyataan ini memicu perdebatan luas, terutama mengenai arah kebijakan pendidikan yang hendaknya lebih berfokus pada perbaikan kualitas dan kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Editor: 91224 R-ID Elok