Repelita Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan oleh Presiden Prabowo Subianto menjadi sorotan di media Jepang.
Berita tersebut menyoroti adanya kasus keracunan massal yang dialami oleh ribuan siswa setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut.
Sejak peluncuran MBG secara nasional pada Januari 2025, lebih dari seribu anak mengalami gangguan pencernaan yang beragam, mulai dari mual hingga membutuhkan perawatan rumah sakit.
Kasus pertama muncul hanya beberapa hari setelah program ini dimulai.
Selanjutnya, laporan keracunan terus bertambah, terutama di wilayah Bogor, di mana sekitar seratus siswa mengalami keluhan serupa setiap harinya pada Mei 2025.
Investigasi menemukan bahwa bahan makanan yang disajikan mengandung bakteri berbahaya seperti Salmonella dan patogen lain.
Bakteri tersebut berasal dari air, telur, dan sayuran yang digunakan dalam penyediaan makanan.
Presiden Prabowo menyatakan bahwa hanya 0,005% penerima yang melaporkan masalah kesehatan.
Pernyataan tersebut mendapatkan kritik dari masyarakat yang menilai dampak keracunan jauh lebih serius.
Publik terutama di media sosial mempertanyakan kualitas pengelolaan program MBG.
Mereka berpendapat bahwa solusi untuk kelaparan harus fokus pada pemberdayaan ekonomi, bukan hanya pemberian makanan instan.
Banyak yang kecewa karena hingga kini belum ada pejabat yang bertanggung jawab atas insiden ini.
Mereka juga mempertanyakan keberlanjutan program yang belum merata dan terkesan mengabaikan keselamatan penerima manfaat.
Beberapa warganet menyatakan bahwa kondisi makanan yang disediakan tidak selalu layak konsumsi anak-anak.
Kritik ini menambah tekanan bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan program MBG.
Editor: 91224 R-ID Elok