Repelita Jakarta - Feri Amsari, seorang pakar tata negara, baru-baru ini memberikan kritik tajam terhadap perkembangan politik di Indonesia.
Dalam diskusinya yang dipublikasikan di YouTube Indonesia Lawyers Club, Feri Amsari mengangkat fenomena yang mengejutkan terkait pernyataan seorang menteri yang menyebut mantan presiden sebagai "bos," meskipun secara konstitusional, posisi tersebut tidak lagi dimilikinya.
Feri Amsari menilai pernyataan tersebut mencerminkan adanya masalah besar dalam pemahaman terhadap prinsip demokrasi dan sistem pemerintahan Indonesia.
Ia menyoroti bagaimana pernyataan tersebut menciptakan kebingungan tentang siapa yang seharusnya menjadi pemimpin negara dan menunjukkan adanya ketidakjelasan dalam praktek ketatanegaraan Indonesia.
Feri Amsari mengingatkan bahwa dalam sistem presidensial, hanya ada satu presiden yang memimpin negara.
Konsep adanya dua presiden atau dua kekuasaan berjalan bersamaan, menurutnya, akan menyebabkan kekacauan dan ketidakstabilan.
Sebagai perbandingan, ia menyatakan bahwa tidak ada planet yang dapat bertahan dalam dua tata surya.
Lebih lanjut, Feri Amsari juga mengungkapkan keprihatinannya tentang ambisi politik mantan Presiden Joko Widodo.
Ia berpendapat bahwa seorang mantan presiden seharusnya bisa menempatkan dirinya sebagai negarawan, tidak terlibat dalam politik praktis yang dapat merusak tradisi ketatanegaraan yang sehat.
Feri Amsari juga mengkritik kemunculan mantan presiden dalam media yang kerap kali tidak relevan dengan kepentingan publik, yang menurutnya bisa menyebabkan disorientasi politik.
Selain itu, ia turut menyoroti potensi politik dari anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, yang dianggapnya perlu dicermati.
Feri Amsari menutup komentarnya dengan penekanan bahwa menjaga demokrasi yang sehat dan prinsip ketatanegaraan yang konsisten sangatlah penting.
Ia memperingatkan bahwa jika fenomena seperti ini terus berlanjut, Indonesia dapat mengalami kerusakan lebih lanjut dalam proses politik.
"Ini bukan demokrasi, ini disorientasi," tegasnya.
Feri Amsari juga menegaskan bahwa para pemimpin harus tahu kapan harus mundur dan memberi ruang bagi generasi berikutnya agar sistem demokrasi dapat berjalan dengan baik.
Dengan analisisnya yang tajam, Feri Amsari mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati terhadap dinamika politik yang bisa merusak tatanan ketatanegaraan dan demokrasi di Indonesia.
Editor: 91224 R-ID Elok