Repelita Jakarta – Krisis demografis China semakin memperburuk tantangan ekonomi negara tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara itu mengalami penurunan jumlah penduduk yang sangat signifikan.
Pada 2023, lebih dari dua juta orang kehilangan nyawa, yang merupakan penurunan terbesar sejak 1974.
Hal ini terjadi karena jumlah kelahiran yang terus berkurang, sementara angka kematian justru meningkat.
Pada tahun 2023, China mencatatkan hanya sekitar 9 juta kelahiran, sementara angka kematian melampaui 11 juta orang.
Penurunan jumlah penduduk ini tidak terlepas dari dampak kebijakan satu anak yang telah diterapkan selama beberapa dekade sebelumnya.
Meskipun kebijakan tersebut sudah dilonggarkan, hasilnya belum cukup signifikan dalam mendorong angka kelahiran.
Krisis demografis ini semakin memperburuk masalah yang dihadapi oleh ekonomi China, yang kini tengah terbelenggu oleh utang pemerintah daerah dan krisis pasar properti.
Jika krisis ini terus berlanjut, dampaknya akan sangat mempengaruhi daya saing ekonomi China di masa depan.
Pemerintah China perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk menangani penurunan populasi, seperti reformasi kebijakan keluarga dan perbaikan sistem kesejahteraan sosial.
Jika langkah tersebut tidak segera diterapkan, China berisiko menghadapi dampak jangka panjang yang serius terhadap stabilitas sosial dan ekonomi negara.
Editor: 91224 R-ID Elok