Reaktivasi Jalur Kereta Api di Jawa Barat Tertunda, Butuh Dana Rp20 Triliun untuk Merealisasikan Impian Transportasi Masa Depan

 

Repelita Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah merencanakan reaktivasi lima jalur kereta api yang sudah tidak beroperasi. Rencana ini bertujuan untuk memperbaiki konektivitas antarwilayah serta mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi lokal.

Namun, proyek besar ini menghadapi kendala besar terkait pembiayaan dan pembebasan lahan. Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, mengungkapkan bahwa total biaya yang dibutuhkan untuk mereaktivasi kelima jalur tersebut diperkirakan mencapai Rp20 triliun.

Jalur-jalur yang akan direaktivasi meliputi Banjar–Pangandaran–Cijulang, Cibatu–Garut–Cikajang, Rancaekek–Tanjungsari, Cipatat–Padalarang, dan Cikudapateuh (Bandung)–Ciwidey.

Di antara jalur-jalur tersebut, jalur Banjar–Pangandaran dianggap memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang besar. Dedi memperkirakan biaya reaktivasi jalur ini saja bisa mencapai Rp3 triliun.

Meskipun demikian, realisasi proyek ini tidak mudah. Banyak rel yang sudah tertutup bangunan atau lahan pribadi, sehingga diperlukan proses pembebasan lahan dan penyesuaian teknis. Plt Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat, Dhani Gumelar, mengungkapkan bahwa proses reaktivasi baru dapat terwujud dalam lima tahun mendatang.

Kementerian Perhubungan juga memberikan dukungan terhadap rencana ini. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal, mengatakan pihaknya siap membantu dan menunggu langkah konkret dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Kemenhub juga siap menyediakan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk mendukung reaktivasi dan elektrifikasi jalur-jalur kereta api tersebut.

Meski demikian, tantangan terbesar tetap terkait dengan pembebasan lahan dan penyesuaian teknis sesuai kondisi saat ini. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kemenhub, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan terus melakukan koordinasi untuk merealisasikan rencana ini.

(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga