Repelita, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menunjuk Prasetyo Hadi, Menteri Sekretaris Negara, sebagai juru bicara kepresidenan.
Meskipun secara resmi dinyatakan hanya untuk memperkuat komunikasi publik, pengamat menilai langkah ini sebagai sinyal politik yang kuat.
Diduga ini merupakan upaya perlahan untuk menggeser pengaruh Hasan Nasbi, tokoh yang dikenal sebagai bagian dari warisan pemerintahan Joko Widodo.
Jurnalis senior Hersubeno Arief menyoroti bahwa meskipun Prasetyo menyatakan tidak menggantikan posisi Kepala Kantor Komunikasi Presiden, perannya secara de facto mengerdilkan eksistensi Hasan Nasbi.
“Tampaknya hal ini hanya langkah halus Presiden Prabowo untuk mengamputasi peran dari Hasan Nasbi dan kawan-kawan,” ujar Hersubeno.
Prasetyo Hadi adalah figur dekat Prabowo.
Ia berasal dari lingkaran dalam Hambalang dan Kertanegara.
Prasetyo dipercaya penuh dalam urusan komunikasi strategis pemerintahan.
Hasan Nasbi menjabat sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden sejak Agustus 2024, dua bulan sebelum masa jabatan Jokowi berakhir.
Posisi tersebut dijalankan berdasarkan Keputusan Presiden No. 94/P Tahun 2024 dan setara dengan jabatan menteri.
Keberadaan Hasan Nasbi dianggap sebagai bentuk titipan Jokowi dalam pemerintahan Prabowo.
Sebelum bergabung, Hasan dikenal publik sebagai pendukung garis keras Jokowi.
Ia kerap melontarkan kritik tajam terhadap Prabowo di media sosial.
Beberapa unggahan kontroversial bahkan sempat menyamakannya dengan akun-akun provokatif lain yang menyerang Prabowo secara personal.
Meski akhirnya bergabung dalam Tim Kampanye Nasional Prabowo–Gibran dan ditugaskan sebagai juru bicara, jejak digital dan persepsi publik terhadap loyalitasnya masih melekat.
Ini memperkuat spekulasi bahwa keberadaannya di Kantor Komunikasi Presiden bersifat sementara atau penuh kompromi politik.
Hersubeno juga mencatat bahwa selama ini Kantor Komunikasi Presiden di bawah Hasan Nasbi tidak memiliki akses langsung ke Presiden.
Lembaga ini juga dinilai tidak difungsikan maksimal sebagai perpanjangan suara Presiden.
Beberapa insiden blunder dalam komunikasi publik, termasuk pernyataan kontroversial terkait insiden teror kepala babi, membuat kepercayaan terhadap institusi ini terus menurun.
Menurut Hersubeno, respons buruk terhadap isu-isu sensitif menunjukkan lemahnya koordinasi dan ketidaksiapan dalam menghadapi dinamika informasi.
Bahkan komentar Hasan Nasbi saat insiden tersebut memicu desakan publik untuk meminta maaf, namun tidak direspons secara baik olehnya.
Dalam pandangan Hersubeno Arief, penunjukan Prasetyo Hadi mencerminkan langkah terukur Prabowo untuk merapikan barisan internal, terutama dalam aspek komunikasi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok