Repelita Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dikritik netizen karena memilih menaiki helikopter saat memantau banjir di ibu kota. Sikapnya itu dibandingkan dengan Presiden Prabowo Subianto yang turun langsung berjalan kaki saat meninjau banjir di Bekasi.
Menanggapi kritik tersebut, Pramono mengatakan bahwa dirinya terbuka terhadap berbagai masukan dari masyarakat.
"Kritik itu merupakan obat yang sangat menyehatkan. Saya dikritik apa saja terima kasih, matur nuwun," ujar Pramono di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
Pramono menjelaskan bahwa keputusan menaiki helikopter bukan berasal dari dirinya, melainkan karena ada pihak yang menawarkan.
"Saya naik heli bukan permintaan saya. Ada yang menawarin," ucapnya.
Ia juga menegaskan bahwa penggunaan helikopter dalam peninjauan banjir bukan bertujuan untuk gagah-gagahan.
"Jadi sekali lagi naik heli bukan untuk gagah-gagahan," tambahnya.
Lebih lanjut, Pramono menerangkan bahwa helikopter digunakan untuk membantu pemetaan dalam program naturalisasi sungai dan sodetan sebagai upaya menangani banjir di Jakarta.
"Sehingga dengan demikian memang kenapa kemudian dilihat dari atas karena pengen naturalisasi, sodetan di mana-mana itu bisa dilakukan," ujarnya.
Sementara itu, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP, Hardiyanto Kenneth, membela langkah Pramono. Menurutnya, penggunaan helikopter justru membuat pemetaan banjir lebih efektif.
"Menurut saya apa yang dilakukan Mas Pramono saat meninjau banjir menggunakan helikopter itu agar bisa memberikan solusi yang lebih efektif dan efisien. Mas Pram bisa mengidentifikasi titik-titik di mana banjir berpotensi menyebabkan kerusakan lebih besar, seperti pemblokiran saluran air, tanggul yang rawan jebol, atau lokasi yang memerlukan evakuasi cepat," ujar Kenneth dalam keterangannya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok