Repelita Jakarta - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Islah Bahrawi, turut mengomentari dugaan mega korupsi di Pertamina Patra Niaga yang nilainya disebut mencapai kuadriliunan rupiah.
Ia menyindir bagaimana kasus ini awalnya menghebohkan, tetapi berakhir dengan pola yang sudah biasa terjadi dalam praktik korupsi di Indonesia.
"Awalnya doang gagah dan mewah, quadriliun. Wow!" kata Islah di X @islah_bahrawi (8/3/2025).
Namun, Islah menilai bahwa pada akhirnya kasus ini hanya akan berjalan seperti biasanya tanpa ada kejutan berarti.
"Ujung-ujungnya doing business as usual Ndak jadi kaget," tandasnya.
Baru-baru ini, Jaksa Agung ST Burhanuddin kembali memberikan keterangan terkait kasus dugaan korupsi Pertamina. Dia menegaskan bahwa penyidikan ini tempus delicti-nya atau waktu kejadiannya adalah tahun 2018-2023.
“Artinya kondisi Pertamax yang ada sudah bagus dan sudah sesuai dengan standar yang ada di Pertamina. Itu yang pertama,” kata Jaksa Agung, Kamis (6/3/2025).
Kedua, bahan bakar minyak sebagai produk kilang yang didistribusi atau dipasarkan oleh PT Pertamina saat ini adalah baik. “Dalam kondisi yang baik dan sudah sesuai dengan spesifikasi serta tidak terkait dengan peristiwa hukum yang sedang disidik. Karena bahan bakar minyak adalah bahan habis pakai dan jika dilihat dari sisi lamanya, stok kecukupan BBM yang berkisar 21-23 hari maka BBM yang dipasarkan pada tahun 2018 tidak ada lagi stok di tahun 2024. Artinya, yang kita sidik tetap sampai 2023. Ini tidak ada kaitannya,” jelasnya.
“Artinya lagi spesifikasi yang ada di pasaran adalah spesifikasi yang sesuai dengan yang ditentukan oleh Pertamina,” tandasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok