Repelita Lombok Tengah - Seorang satpam asal Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) berinisial LAD mengalami cacat permanen setelah berkelahi dengan Aipda LS, anggota Polsek Praya Barat.
Perkelahian itu terjadi di depan Puskesmas Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, pada Sabtu lalu. Akibatnya, kedua tangan LAD kini cacat sehingga tidak bisa lagi bekerja sebagai satpam.
LAD meminta agar Kapolres Lombok Tengah, AKBP Iwan Hidayat, memproses kasus ini secara terbuka dan adil. Ia juga mengaku siap memberikan keterangan atas peristiwa yang membuatnya cacat dan kehilangan pekerjaan.
LAD telah dipanggil sebagai saksi oleh Polres Lombok Tengah. Dalam pemeriksaan, ia diminta menjelaskan awal konflik hingga perkelahian terjadi di depan puskesmas.
Kasi Humas Polres Lombok Tengah, Iptu Lalu Brata Kusnadi, berjanji mengusut kasus ini secara adil meski melibatkan anggota kepolisian.
Terkait insiden ini, LAD mengungkap penyebab perkelahian dengan Aipda LS. Ia mengatakan dirinya marah karena istrinya diduga diganggu oleh LS.
"Dia suka sama istri saya. Bahkan dia memprovokasi istri saya," kata LAD.
Menurut LAD, Aipda LS sering menelepon istrinya dan bahkan pernah menarik bajunya saat transaksi utang-piutang. Namun, istrinya berhasil menghindar.
Pada malam kejadian, LAD yang mengetahui interaksi itu mengecek isi percakapan di ponsel istrinya hingga terjadi percekcokan. Istrinya bersumpah tidak memiliki hubungan dengan LS, sehingga LAD kemudian pergi menemui LS.
Perkelahian pun terjadi. LAD mengakui ia bukan lawan tanding LS yang memiliki postur lebih besar. Namun, ia tetap melawan untuk menjaga kehormatan keluarganya.
Dalam perkelahian itu, LAD kalah. Ia menduga LS mengambil ponselnya untuk menghilangkan barang bukti.
Akibat pertarungan dengan senjata tajam itu, keduanya mengalami luka serius dan harus dilarikan ke rumah sakit. LAD mengalami luka di kepala dan tangan, sementara LS mengalami luka di kepala, pundak kanan, dan jari tangan kanan.
"Dia ingin menghilangkan barang bukti karena dalam chat-nya dia berusaha menjelekkan saya ke istri saya," kata LAD.
Baik LAD maupun Aipda LS kemudian melaporkan kejadian ini ke kepolisian.
Di sisi lain, Aipda LS membantah semua tuduhan yang disampaikan LAD. Ia mengklaim bahwa LAD memiliki dendam lama terhadapnya.
"Dulu dia pernah mencuri dari bule dan tertembak aparat. Dikira saya yang menembak, makanya dia menyerang saya," ujar LS.
Ia juga menegaskan tidak pernah menggoda atau melecehkan istri LAD.
"Itu tidak pernah terjadi dalam bentuk apa pun. Saya bersumpah demi Allah, tidak ada hubungan apa pun dengan istrinya," tegas LS.
Menurut LS, ia hanya membela diri dalam perkelahian tersebut. Jika tidak melawan, ia bisa terbunuh, sementara ia memiliki istri dan empat anak.
Ia juga membantah LAD datang seorang diri, melainkan bersama tiga orang temannya.
LS mengklaim pertemuan mereka di depan puskesmas seharusnya untuk menangkap bandar narkoba yang berasal dari Mataram. LAD, katanya, berperan sebagai informan yang melaporkan adanya transaksi narkoba di lokasi tersebut.
"Dia bilang ada bandar sabu di sana. Saya pikir pasti bandarnya yang lebih dulu datang. Ternyata dia yang datang, langsung mengacungkan senjata," jelas LS.
LS menduga LAD terbakar api cemburu dan berpikir ia telah menggoda istrinya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok