Repelita Jakarta - Pengamat politik Faizal Assegaf menyoroti dinamika politik antara mantan Presiden Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Faizal, kompromi politik yang terjadi antara keduanya dinilai telah melanggar etika, aturan, dan konstitusi bernegara.
"Ihwal kompromi politik Prabowo dan Jokowi secara ekstrem dengan menabrak etika, aturan dan konstitusi bernegara," ujar Faizal di X @faizalassegaf (10/2/2025).
Faizal menyebut bahwa pemerintahan Jokowi yang awalnya berbasis sipil, kini semakin bergeser ke arah kekuasaan militeristik. "Mulai dari rezim sipil yang korup dan ugal-ugalan dan kini mengarah pada kekuasaan militeristik," ucapnya.
Dia melihat bahwa tujuan dari permainan tersebut tidak lain adalah untuk menjebak Prabowo dalam kepanikan dan akhirnya memilih pendekatan kekuasaan otoriter. "Pelan-pelan Jokowi menggiring Prabowo terkepung oleh aneka problem krusial dan ancaman destabilitas," tambah Faizal.
Faizal menilai langkah Prabowo yang merekrut banyak figur militer ke dalam lingkaran strategisnya merupakan tanda kembalinya model kekuasaan Orde Baru. "Makin banyaknya figur militer yang direkrut oleh Prabowo di berbagai posisi strategis, memberi gambaran kebangkitan watak kekuasan Orde Baru," katanya.
Faizal memperingatkan bahwa jika dibiarkan, sistem demokrasi dan supremasi sipil bisa semakin terpinggirkan. "Di mana sumber daya militer menjadi mitra strategis di lingkar inti kekuasaan. Jika hal itu dibiarkan, maka sistem demokrasi dan supremasi sipil termarginal," terangnya.
Menurut Faizal, saat ini Prabowo sedang dalam proses konsolidasi kekuasaan dengan pendekatan militerisme. "Arah dan tujuan tersebut sedang berproses dan mengarah pada konsolidasi kekuasaan gaya militerisme Prabowo," tandasnya.
Faizal menegaskan bahwa agenda terselubung tersebut harus segera dihentikan sebelum semakin mengancam sistem demokrasi di Indonesia. "Agenda terselubung tersebut harus dihentikan," kuncinya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok