Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Reputasi ‘Partai Cokelat’ Disebut Memburuk, Pengamat: Tetap Disayang Big Boss Prabowo

 Kapolri Pilihan Prabowo | tempo.co

Gigin Praginanto Kritik Kinerja Pemerintahan Prabowo: “Tak Perlu Cerdas, Cukup Jilat”

JAKARTA — Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto, mengkritik keras dinamika politik dan pemerintahan yang terjadi saat ini. Menurutnya, reputasi buruk Kepolisian, yang sering disebut "Partai Cokelat", tetap mendapatkan dukungan besar dari pihak-pihak tertentu yang berpengaruh.

"Partai Cokelat lebih disayang oleh big boss yang sering tampil bagai macan dan membanggakan masa lalunya sebagai prajurit pasukan khusus," ujar Gigin dalam keterangannya pada 1 Desember 2024.

Gigin juga menilai Presiden Prabowo Subianto kehilangan wibawa karena banyak keputusan yang diatur oleh sosok mantan presiden. “Presiden seperti gak ada wibawa. Semua diatur mantan,” cetusnya.

Ia menyoroti bahwa pemenang Pilgub pun disebut-sebut langsung meminta restu dari mantan presiden. "Pemenang Pilgub pun langsung menelepon sang mantan. Mangkanya gak usah sok bergaya militer," tambahnya.

Gigin menyarankan agar Prabowo berhenti menunjukkan sikap tentara tulen yang berlebihan. "Meski sudah lengser dia (Jokowi) tetap kuat karena penggantinya terlalu lemah gemulai. Cuma gayanya saja seperti tentara tulen," ungkapnya.

Selain itu, Gigin juga menyoroti pembiaran terhadap pelanggaran HAM, pelemahan demokrasi, dan pembenahan terhadap institusi seperti KPK yang dinilai lemah. Ia mengingatkan bahwa sebelumnya banyak pihak yang memilih untuk bungkam atau bahkan menuduh oposisi sebagai anarkis atau anti-NKRI.

Gigin juga menyoroti tindakan Kapolri yang menaikkan pangkat kaki tangan Ferdy Sambo, meskipun terlibat dalam skandal pembunuhan ajudannya. "Bagi Kapolri, kaki-tangan Ferdy Sambo dalam pembunuhan ajudannya sendiri adalah patriot. Pangkat mereka pun dinaikkan. Partai Cokelat memang luar biasa," tegasnya.

Menurut Gigin, pemerintahan Prabowo yang baru berjalan ini harus mengambil pelajaran dari kasus-kasus yang telah terjadi. “Pelajaran yang bisa dipetik dari pemerintahan sekarang, tak perlu cerdas dan berprestasi untuk menjadi anggota kabinet, staf istana, direktur atau komisaris BUMN. Kemampuan menjilat jauh lebih penting,” pungkasnya. (*)

Editor: Elok R-ID

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved