
Jakarta, 5 Desember 2024 – Tragedi mengerikan terjadi di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Sabtu (30/11/2024), di mana seorang remaja berinisial MAS (14) membunuh ayahnya, APW (40), dan neneknya, RM (69). Dalam aksi brutal tersebut, ibu MAS, yang juga bernama AP (40), nyaris menjadi korban berikutnya. Kini, AP yang masih dalam pemulihan pasca-kejadian, menjadi saksi kunci yang diharapkan dapat mengungkap motif di balik tindakan anaknya.
Keadaan AP yang belum stabil membuat pihak Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) dan polisi belum dapat menggali informasi lebih dalam. "Keterangan dari ibu MAS sangat penting untuk mengungkap dinamika yang terjadi dalam keluarga ini," ujar Lia dari Komnas PA pada Rabu (4/12/2024). Meskipun demikian, kondisi AP yang masih terluka membuat proses tersebut terhambat.
MAS mengaku bahwa ia bertindak atas dorongan “bisikan” dan dalam keadaan gelap mata, namun pengakuannya dinilai belum cukup menjelaskan alasan di balik tindakannya. Komnas PA juga mengungkapkan bahwa penyesalan yang diungkapkan MAS tidak terkesan tulus. “Dia mengatakan menyesal, tetapi hanya sebatas ucapan tanpa ada emosi mendalam,” tambah Lia. Tim psikolog pun diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap MAS guna menilai kondisi psikologisnya.
Tragedi ini mengguncang tidak hanya karena kekejamannya, tetapi juga membuka diskusi mengenai kesehatan mental remaja dan pola asuh keluarga. AP yang selamat dari serangan brutal tersebut, meski terluka parah, berhasil melarikan diri dengan melompati pagar rumah. MAS sendiri, setelah membuang pisau yang digunakan dalam pembunuhan, berhasil ditangkap oleh petugas keamanan perumahan.
Menanggapi spekulasi bahwa pembunuhan ini dipicu oleh tekanan akademik, AKP Nurma Dewi, Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. "MAS memang diminta belajar oleh orangtuanya, tetapi ia mengerjakannya dengan senang hati," jelasnya, membantah anggapan bahwa tuntutan akademis menjadi pemicu pembunuhan tersebut.
Kasus ini semakin mempertegas pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental anak dan keluarga dalam mencegah tragedi serupa. Apa yang sebenarnya mendorong MAS untuk melakukan tindakan ini masih menjadi misteri, dan jawaban tersebut diharapkan dapat ditemukan melalui kesaksian ibu MAS. (*)
Editor: Elok WA R-ID