%20(Custom).jpg)
Jakarta, 11 Desember 2024 - Publik belakangan ini mulai meragukan status ulama Gus Miftah setelah terjerat kontroversi menghina penjual es teh dalam salah satu acara pengajiannya. Banyak warganet mempertanyakan pengakuan Miftah sebagai keturunan ke-9 Kyai Ageng Muhammad Besari.
Belum lama ini, seorang psikolog bernama Muhammad Iqbal memasukkan Miftah ke dalam kategori influencer. Menurut Iqbal, Miftah sedang mengalami fenomena star syndrome, yaitu kondisi di mana seseorang yang memiliki banyak pengikut atau followers menjadi kurang empati dan cenderung memandang rendah orang lain.
Iqbal, yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Komunikasi dan Bisnis Swadaya (SWINS) Jakarta, Associate Professor di Universitas Paramadina, serta seorang politisi, menjelaskan bahwa fenomena ini banyak terjadi di era digital. Menurutnya, popularitas para selebgram dan tokoh publik membuat mereka tanpa disadari menjadi semena-mena dan minim empati.
Dalam pandangan psikolog Muhammad Iqbal, tindakan Gus Miftah dikategorikan sebagai bullying. Iqbal menyebut bahwa Miftah mempermalukan orang untuk tujuan menyakiti dan merendahkan, meskipun hal itu dilakukan tanpa disadari.
Iqbal menambahkan bahwa Miftah terlihat tertawa ketika mengolok-olok sang penjual es teh dari atas panggung, sebuah tindakan yang menunjukkan star syndrome. Miftah dianggap tidak menyadari bahwa perbuatannya adalah penghinaan, karena merasa dirinya berada di atas status sosial yang lebih tinggi.
Fenomena star syndrome ini bukan hal baru di kalangan influencer. Iqbal menyebut bahwa banyak influencer di era digital mengalami hal serupa, di mana popularitas membuat mereka menganggap tindakan yang merendahkan orang lain sebagai hal biasa.
Di sisi lain, Miftah terus mendapatkan kritik dari warganet setelah videonya menghina penjual es teh menjadi viral. Akibat hal ini, ia akhirnya mengundurkan diri dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

