Jakarta, 11 Desember 2024 - Kementerian Agama (Kemenag) sedang mengkaji kebijakan pemberlakuan sertifikasi bagi penceramah di Indonesia. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, menyatakan hal ini dalam keterangan pers di Padang, Sumatera Barat.
“Masih sedang kita kaji, apakah perlu disertifikasi atau tidak,” ujar Kamaruddin Amin.
Ia menjelaskan bahwa program sertifikasi sebenarnya telah berlangsung jauh sebelum munculnya polemik ucapan Gus Miftah kepada penjual es teh yang memicu kontroversi. Hingga saat ini, Kemenag mencatat telah melatih lebih dari 12 ribu dai dari berbagai organisasi masyarakat.
Program pelatihan ini mencakup materi tentang moderasi beragama, mendorong pendakwah untuk mengedepankan nilai saling menghormati, serta meningkatkan wawasan kebangsaan. “Seorang penceramah tidak hanya harus pintar dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme,” ungkap Kamaruddin.
Dalam pelaksanaan program pelatihan dan sertifikasi, Kemenag bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah lembaga terkait. Meski demikian, Kamaruddin menegaskan bahwa pendakwah yang belum tersertifikasi tetap diizinkan berdakwah mengingat kebutuhan akan dai di Indonesia sangat besar.
“Masyarakat tetap diperbolehkan berceramah. Kemenag juga telah mengeluarkan surat edaran yang memberikan rambu-rambu bagi penceramah agar memiliki pengetahuan yang memadai,” jelasnya.
Sementara itu, polemik ucapan Gus Miftah kepada seorang penjual es teh telah memicu kritik publik. Dalam video yang beredar, Gus Miftah tampak mengomentari pedagang dengan kata-kata yang dianggap merendahkan. Candaan tersebut memicu kritik tajam dari masyarakat, termasuk di media sosial.
Akibat insiden tersebut, Gus Miftah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Hari ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, serta dengan penuh kesadaran, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,” ujar Gus Miftah.
Ia menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil tanpa tekanan dari pihak mana pun. “Ini bukan karena permintaan siapa pun, tetapi murni atas rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab saya kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto, serta seluruh masyarakat Indonesia,” lanjutnya.
Gus Miftah juga telah meminta maaf secara terbuka atas insiden tersebut. Namun, desakan agar dirinya dicopot dari jabatan tetap bergulir di media sosial.(*)
Editor: 91224 R-ID: Elok