Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Moeldoko dan Anas Urbaningrum Kompak 'Keroyok' AHY, Perebutan Partai Demokrat Ternyata Belum Berhenti!


 Makin seru, manuver Moeldoko tepat dengan bebasnya Anas Urbaningrum dari Sukamiskin, AHY pun tak mau tinggal diam.

Ini menandakan konstelasi jelang Pilpres dan Pemilu 2024 jadi santapan 'gurih' para buzer di ruang media sosial.

Terkait langkah Moeldoko yang kabarnya tengah menyiapkan PK (Peninjauan Kembali) Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merespons Kepala Staf Presiden Moeldoko yang masih berupaya mengambil alih partai berlogo segitiga mercy.

AHY menegaskan bahwa Peninjauan Kembali (PK) ke MA, tidak ada bukti baru dan celah hukum. Benarkah?

"Namun, kami tetap waspada terhadap intervensi politik. Demokrat siap lahir dan batin untuk pertahankan kedaulatan partainya," tegas AHY.

Ya polemiki perebutan Partai Demokrat sampai saat ini terus bergulir menjelang Pilpres dan Pemilu 2024. 

Kondisi ini berbanding terbalik dengan partai-partai peserta Pemilu yang steril dengan polemik soal kedaulatan partai.

Suasana kebatinan Partai Demokrat juga akan tersita dengan Anas Urbaningrum eks Ketua Umum Partai Demokrat yang akan segera lepas dari Lapas Sukamiskin pada 9 April nanti.

Bayangkan jika Moeldoko bersatu dengan Anas Urbaningrum yang sebentar lagi keluar, tentu juga berbahaya bagi SBY dan Partai Demokrat tentu seperti Marzuki Alie dan kader-kader lama akan menjadi saksi di MA.

Lalu apakah Partai Demokrat di ujung tanduk akan kembali ke tuannya? Semua akan terjawab lewat manuver-manuver yang sebentar lagi akan mengegerkan.

Anas Urbaningrum balas dendam?

Ya, masih segar diingatan kita sosok Anas Urbaningrum yang pernah melontarkan kata "Siap digantung di Monumen Nasional jika terbukti bersalah". 

Selain itu, sosok Anas sendiri lebih banyak dipersepsikan publik sebagai korban politik dari SBY.

Dengan kata lain, Anas menjadi semacam korban dari kriminalisasi politik kelompok yang saat itu berkuasa yaitu SBY.

Nah, disisi lain saat penetapan Anas sebagai tersangka Partai Demokrat sedang berada di pucuk kekuasaan. Akan tetapi pasca Anas terbukti bersalah Partai Demokrat sampai saat ini meresot.

Kemerosotan perolehan suara Partai Demokrat secara terjadi menurut hemat penulis ketika Anas melakukan manuver atau mengcaunter penetapan ia sebagai tersangka.

Hal ini ditambah dengan media cetak maupun elektronik secara terus-menerus mengawal kasus Anas.

Oleh media massa selama dua tahun berturut-turut membangun isu tersebut sehingga masyarakat memersepsikan Partai Demokrat sebagai partai koruptor. 

Hal ini dikarenakan Anas dan segerombolan kader Demokrat terseret ke pengadilan.

Bebasnya Anas Urbaningrum usai menjadi terpidana kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang 9 April 2023 ini tentu memiliki efek besar partai Demokrat jelang Pemilu dan Pilpres.

Isu bebasnya Anas Urbaningrum ini tentu membuat kita bertanya-tanya apakah akan ada politik balas dendam?

Menyerang balik kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah salah satu langkah yang bisa saja diambil oleh Anas pasca bebas nanti. Belum lagi loyalis Anas Urbaningrum selama ini seperti tutup mulut.

Ataukah Anas Urbaningrum akan segera melakukan gebrakan dengan merangkul mantan-mantan politisi Demokrat yang ditendang oleh kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tentunya putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saat ini menahkodai Partai Demokrat harus waspada jika ia ingin menjaga basis. 

Jika ia lengah maka bisa saja pemilu yang akan datang bisa saja menjadi momok bagi Partai Demokrat.

Anas Urbaningrum bukanlah politisi kelas kalengan, tetapi Ia masuk dalam hitungan.

Setidaknya, konsentrasi Partai Demokrat dan kelompok SBY akan terpecah untuk selalu melakukan counter terhadap serangan-serangan politik Anas.

Kondisi ini yang akan berpotensi merugikan Partai Demokrat.

Sebab partai Demokrat akan lebih banyak menguras tenaga atas strategi 'balas dendam' yang akan di jalan oleh Anas Urbaningrum dan loyalisnya. Sementara gempuran Moeldoko pun tak bisa dianggap remeh.

"Setelah kegagalan jadi tuan rumah piala dunia, Kemaren mengarahkan koalisi 5 partai itu sudah bagus. Taktis dan berhasil menarik perhatian. Positif juga. Trus berselang sehari ada beginian (Manuver Moeldoko). Pak Jokowi mundur lagi ke belakang. Negatif lagi," tulis Founder Cyrus Network Hasan Nasbi di akun twitternya.

Sumber Berita / Artikel Asli : rekanmedia

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved