Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan beredarnya kabar prediksi ilmuwan Belanda soal gempa besar dengan skala lebih dari 7 magnitudo di Indonesia.
Kegaduhan ini bersumber dari prediksi Solar System Geometry Survey (SSGEOS). Peneliti SSGEOS Frank Hoogerberts menjelaskan kemungkinan gempa ini dalam video yang dibagikan oleh saluran SSGEOS. Ia memperkirakan gempa akan terjadi pada 6-7 April. akan terjadi Maret 2023.
Frank menjelaskan kemungkinan gempa besar yang akan terjadi pada minggu pertama bulan Maret. Prakiraan ini didasarkan pada variasi atmosfer yang direkam oleh SSGEOS pada 21 Februari.
"Mungkin ada beberapa peristiwa seismik, jauh di atas 6 magnitudo di minggu pertama bulan Maret ini," ujar Frank dalam video tersebut.
Dalam pemaparannya tersebut, Frank menjelaskan berkaitan dengan peristiwa seismik dimana pergerakannya berawal dari Jepang dan bermuara di Indonesia.
"Dari Kamchatka, Kepulauan Kuril dan di Jepang di utara, Filipina dan juga Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda Indonesia," ungkapnya.
Namun rupanya prediksi dari ilmuwan Belanda tersebut dibantah oleh pihak BMKG.
Melalui pernyataan tertulis yang diunggah ke dalam situs BMKG, mereka menyatakan jika gempa bumi tidak dapat diprediksi.
"Sampai saat ini, detik ini, BMKG sebagai instansi pemerintah yang me-monitoring kejadian gempa bumi di Indonesia selalu menginfokan kepada masyarakat bahwa gempa bumi tektonik tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya, baik hari, tanggal, jam, menit, hingga detiknya. Hal yang sangat perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia tidak dapat terhindar dari kejadian-kejadian gempa bumi," ujarnya dalam artikel tersebut yang ditulis oleh Marniati dan Imanuela Indah Pratiwi.
BMKG menjelaskan, kondisi tersebut disebabkan letak wilayah Indonesia yang dibatasi oleh tiga atau empat lempeng utama dunia. Lempeng-lempeng itu terus bergerak setiap detiknya, karena panas di inti bumi menggerakkan partikel-partikel yang menyusun lempeng-lempeng itu.
"Waktu dari pergerakan lempeng untuk melepaskan energinya inilah yang belum dapat diprediksi sampai saat ini," jelas BMKG. ***