
Repelita Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pesan tegas kepada para menteri agar tetap fokus bekerja untuk rakyat meskipun menghadapi hujatan atau makian dari publik.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sidang kabinet yang membahas berbagai agenda nasional termasuk penanganan dampak bencana.
Prabowo menekankan bahwa kritik pedas merupakan bagian dari konsekuensi jabatan publik dan tidak boleh mengganggu komitmen pengabdian.
“Dimaki tenang saja, yang penting tetap kerja untuk rakyat,” kata Prabowo.
Ia menganalogikan situasi itu seperti pohon besar yang pasti diterjang angin kencang.
Prabowo berbagi bahwa dirinya telah bertahun-tahun menghadapi hal serupa sehingga para pembantunya diminta bersikap rileks.
“Santai saja, sudah biasa, saya sudah sekian puluhan tahun juga, yang penting kita kerja untuk rakyat, kita setia kepada rakyat, kita nggak ragu-ragu,” ujarnya.
Prabowo juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh anggota kabinet atas dedikasi dan profesionalisme mereka.
Ia meminta penghargaan khusus diberikan kepada petugas di lapangan seperti prajurit TNI dan Polri yang rela mempertaruhkan jiwa dalam tugas kemanusiaan.
Prabowo menyinggung adanya pejabat yang mudah goyah karena opini sementara atau tekanan sesaat.
Pesan ini menjadi penguatan bagi kabinet untuk tetap solid mengabdi tanpa terpengaruh arus luar.
Sementara itu, peneliti politik Made Supriatma menilai bahwa banyak orang merasa diri sangat berharga padahal dalam kenyataan sebaliknya.
Menurutnya, sering terjadi kesenjangan besar antara persepsi diri dengan realitas yang ada.
Orang merasa sukses besar tapi sebenarnya mengalami kegagalan total.
Merasa sangat kompeten padahal tidak mampu menyelesaikan apa pun tanpa bantuan orang lain terutama dari lingkaran keluarga.
Kondisi ini membuat seseorang terlalu percaya diri hingga memaksa orang lain mengakui kompetensinya.
Orang dipaksa mengiyakan atau tersenyum karena ancaman tersirat jika tidak patuh.
Jarak jauh antara pandangan diri dengan fakta disebut Made sebagai delusi yang merupakan gangguan jiwa akibat terlalu memuja diri sendiri.
Delusi lahir dari sifat narsistik atau kecenderungan berpura-pura dan pamer berlebihan.
Gangguan ini sulit disembuhkan terutama jika menimpa seorang politisi.
Hampir semua politisi menurut Made memiliki kecenderungan delusi meski bisa juga menjangkiti akademisi, birokrat, teknokrat, atau manajer.
Orang dengan ciri ini biasanya tidak kompeten dan tidak mampu bekerja mandiri.
Selalu mencari kambing hitam saat gagal dan sangat senang jika ada yang memujinya secara berlebihan.
Editor: 91224 R-ID Elok

