
Repelita Bandung - Ketua Harian DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali yang baru saja dilantik oleh Kaesang Pangarep mengusulkan agar Presiden Prabowo Subianto turun tangan menyelesaikan polemik ijazah Joko Widodo dan Gibran Rakabuming Raka.
Pernyataan tersebut dikritik oleh M Rizal Fadillah, pemerhati politik dan kebangsaan, yang menilai permintaan itu tidak masuk akal karena Prabowo tidak memiliki kewenangan untuk mengurusi keabsahan ijazah pribadi Jokowi maupun Gibran.
Menurut Rizal, polemik yang telah berlangsung sejak tahun 2021 justru dipicu oleh sikap Joko Widodo yang enggan menunjukkan ijazahnya kepada publik.
Penolakan untuk membuka dokumen tersebut memunculkan berbagai spekulasi, termasuk dugaan bahwa ijazah tersebut tidak asli atau bahkan tidak ada.
Rizal menyebut proses hukum yang telah berjalan baik secara pidana maupun perdata tidak mampu memberikan kejelasan.
Penanganan kasus ini dianggap tidak transparan dan penuh rekayasa, sehingga memperkuat kesan bahwa ada upaya melindungi Jokowi dari tuntutan publik.
Ahmad Ali yang sebelumnya merupakan kader Partai Nasdem dan Golkar dinilai tidak memahami batas kewenangan Presiden Prabowo dalam urusan ini.
Rizal menegaskan bahwa jika lembaga pendidikan dan aparat hukum benar-benar serius, maka persoalan ijazah bisa segera diselesaikan, dengan syarat dokumen tersebut memang asli.
Sebaliknya, jika ijazah itu palsu dan terus ditutup-tutupi, maka kegaduhan akan terus berlanjut.
Langkah Ahmad Ali yang memprovokasi kader PSI untuk membela Jokowi dinilai oleh Rizal sebagai tindakan berlebihan.
Ali seharusnya mendorong Jokowi untuk membuka ijazahnya kepada publik dan menantang laboratorium forensik dunia untuk menguji keasliannya.
Rizal memprediksi Ali akan menjadi tokoh PSI yang gemar membuat keributan di panggung politik nasional.
Jika demikian, Prabowo justru perlu bersiap menghadapi kegaduhan baru yang dipicu oleh Ahmad Ali sendiri.
Rizal menyatakan bahwa penyelesaian polemik ijazah Jokowi dan Gibran hanya bisa dilakukan melalui pengakuan langsung dari keduanya.
Publik telah menilai bahwa keduanya memiliki kesamaan dalam hal ketidakjelasan latar belakang pendidikan, termasuk dokumen ijazah.
Indonesia dinilai sedang mengalami musibah kepemimpinan akibat dua figur yang dianggap membawa kekacauan bagi bangsa dan negara.
Rizal berharap Ahmad Ali tidak menambah daftar panjang kegaduhan politik di masa mendatang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

