Repelita Jakarta - Sebuah laporan internasional menempatkan Indonesia di peringkat kedua dunia sebagai negara dengan integritas akademik terburuk.
Rocky Gerung menilai situasi ini sebagai krisis moral yang berakar dari perilaku elite politik dan lemahnya kontrol etika di perguruan tinggi.
Ia menyinggung Universitas Indonesia sebagai contoh kegagalan akademik yang mencolok melalui polemik disertasi Bahlil Lahadalia.
Menurutnya, bukan hanya Bahlil yang patut disorot, tetapi juga para penguji dan otoritas kampus yang dinilai meloloskan proses akademik tanpa integritas.
“Mereka bersalah secara moral karena meloloskan tanpa integritas,” tegas Rocky dalam pernyataannya, Selasa 1 Juli 2025.
Ia juga menyindir Universitas Gadjah Mada yang dianggap tidak mampu membuktikan keabsahan ijazah Joko Widodo secara terbuka dan akurat.
Rocky menyatakan bahwa reputasi UGM ikut tercemar karena terkesan enggan memberi transparansi di tengah kontroversi yang terus bergulir.
“UGM tidak bisa membuktikan bahwa ijazah itu betul-betul sudah di-screening dengan cermat,” ujarnya.
Kondisi ini, menurut Rocky, mencerminkan bahwa kehidupan intelektual di Indonesia telah tercemar oleh kepalsuan.
Ia menilai masyarakat akhirnya percaya bahwa negeri ini dibangun tanpa etika berpikir dan tanpa keberanian untuk diuji secara jujur.
“Akhirnya publik menyimpulkan bahwa negeri ini tidak punya etika dalam berpikir,” katanya.
Rocky juga mempertanyakan makna dari gelar akademik yang selama ini dianggap sakral oleh masyarakat.
Ia menilai ijazah sering kali tidak mewakili kapasitas berpikir seseorang, melainkan hanya menjadi simbol formalitas semata.
“Makanya saya pernah mengatakan ijazah itu tanda seorang pernah sekolah, bukan tanda dia pernah berpikir,” tutup Rocky Gerung. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.