
Ajudan pribadinya menyebut bahwa Jokowi mengalami reaksi alergi kulit tak lama setelah kembali dari Vatikan usai menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Penjelasan tersebut memicu berbagai pertanyaan di publik, termasuk kemungkinan perjalanan internasional menjadi pemicu gangguan kesehatan tersebut.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa perjalanan ke luar negeri memang dapat memicu reaksi alergi kulit meski seseorang sebelumnya tidak memiliki riwayat alergi.
"Perjalanan lintas negara berpotensi memicu alergi kulit, bahkan pada individu yang tidak memiliki riwayat alergi berat sebelumnya," ujar Dicky pada Senin, 23 Juni 2025.
Ia menjelaskan bahwa reaksi semacam itu dikenal sebagai hipersensitivitas primer.
Kondisi ini terjadi saat sistem imun pertama kali mengenali alergen asing yang belum pernah direspons sebelumnya.
Gejala bisa muncul mendadak, termasuk ruam, kemerahan, atau gatal parah.
Dicky menyebut sejumlah faktor umum yang bisa memicu alergi saat perjalanan lintas negara, di antaranya debu asing, serbuk sari, dan spora jamur dari lingkungan yang berbeda.
Selain itu, bahan kimia dari hotel seperti sabun, deterjen, atau pengharum ruangan bisa memicu reaksi pada kulit yang sensitif.
Faktor makanan juga berperan.
Produk seperti keju fermentasi, wine, dan saus khas Eropa mengandung histamin tinggi yang dapat menimbulkan reaksi alergi.
"Selain itu, konsumsi obat-obatan atau suplemen baru selama perjalanan juga bisa menjadi pemicu alergi. Paparan sinar matahari berlebihan dapat menyebabkan photosensitive dermatitis, terutama pada kulit yang sensitif, apalagi jika disertai penggunaan obat tertentu,” tambah Dicky.
Secara medis, reaksi alergi ini dikategorikan sebagai dermatitis kontak alergik atau urtikaria, yang awam dikenal sebagai biduran. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok