Repelita Najaf - Ulama besar Syiah Irak, Ayatollah Ali Sistani, memperingatkan bahwa kekacauan besar bisa melanda Timur Tengah jika Israel nekat menyerang Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Pernyataan ini disampaikan dalam respons terhadap meningkatnya konflik antara Iran dan Israel yang memicu kekhawatiran global.
“Setiap serangan terhadap pemimpin agama dan politik tertinggi Iran akan membawa konsekuensi yang mengerikan bagi kawasan,” kata Sistani melalui pernyataan resmi.
Ia menegaskan bahwa tindakan semacam itu hanya akan memperparah penderitaan rakyat dan merusak stabilitas regional.
Sistani juga mendesak dunia internasional segera mengambil langkah serius untuk menghentikan perang yang disebutnya tidak adil.
“Kami menyerukan agar segala upaya dilakukan untuk mengakhiri perang ini dan mencari solusi damai atas persoalan program nuklir Iran,” ujarnya.
Sebagai salah satu tokoh religius paling berpengaruh di kalangan Syiah, Sistani dikenal luas memiliki jutaan pengikut, termasuk di luar Irak.
Meski lahir di Iran, ia sejak lama dikenal menolak dominasi politik Teheran atas negaranya.
Pernyataan Sistani datang di tengah meningkatnya ketegangan usai serangan Israel yang menghantam fasilitas militer dan nuklir Iran.
Beberapa pejabat penting Iran dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, termasuk ilmuwan dan komandan senior.
Iran langsung membalas dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel, meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya perang skala penuh.
Israel menyebut serangan itu sebagai langkah pencegahan terhadap ambisi senjata nuklir Iran, tuduhan yang dibantah keras oleh Teheran.
Situasi ini juga memicu pergerakan kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran di Irak.
Dukungan terbuka terhadap Iran terlihat dari demonstrasi sejumlah ulama Syiah di Irak selatan yang mengenakan seragam militer.
Mereka membawa bendera Irak dan Iran serta meneriakkan kecaman terhadap tindakan Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan rencana ekstrem, termasuk kemungkinan menargetkan Khamenei.
Langkah itu disebutnya dapat menjadi jalan untuk mengakhiri konflik.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut memberi tekanan.
Ia menuntut penyerahan tanpa syarat dari Iran namun belum memutuskan untuk terlibat secara langsung.
Khamenei menolak tegas tuntutan tersebut, dan Trump memperingatkan bahwa opsi militer tetap terbuka.
Ketegangan ini membuat Irak berada dalam posisi rentan terseret ke dalam pusaran konflik yang lebih luas.
Dengan pernyataan keras dari Sistani, dunia kini menanti langkah komunitas internasional untuk mencegah perang besar pecah di kawasan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok