Repelita Jakarta - Penulis asal Mojokerto, Hasyim Muhammad, menyampaikan pandangan terkait cara menghadapi Gibran Rakabuming Raka dalam kontestasi Pilpres 2029.
Lewat akun X @hasyimmah, ia menilai bahwa menggulingkan Gibran dari kursi Wakil Presiden bukanlah langkah yang tepat.
Ia menegaskan bahwa langkah yang lebih masuk akal adalah dengan menyatukan kekuatan oposisi agar tidak terpecah.
Hasyim menyampaikan, apabila pihak oposisi kembali mengajukan tokoh-tokoh secara terpisah seperti pada 2024, maka hasilnya kemungkinan besar akan kembali kalah.
Menurutnya, diperlukan satu figur utama yang dapat disepakati oleh seluruh elemen anti-pemerintah sebagai simbol perubahan.
Tokoh tersebut, kata Hasyim, tidak seharusnya berasal dari sosok lama seperti Anies Baswedan ataupun Ganjar Pranowo.
Komentar Hasyim muncul di tengah memanasnya isu pemakzulan terhadap Gibran yang menjadi perhatian kelompok purnawirawan TNI.
Gibran yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden, merupakan anak sulung dari mantan Presiden Joko Widodo.
Ia menjadi wakil presiden termuda dalam sejarah Indonesia, dilantik pada usia 36 tahun.
Meski baru lima tahun berkecimpung di dunia politik, jalannya menuju posisi tersebut dinilai relatif lancar.
Namun pencalonan Gibran mengundang sorotan karena dianggap sebagai bagian dari praktik politik keluarga.
Hasyim mengingatkan bahwa untuk mengalahkan Gibran bukanlah perkara mudah dan dibutuhkan kesolidan dari semua pihak oposisi.
Ia juga menyatakan bahwa upaya pemakzulan hanya akan menguras energi dan sebaiknya dihentikan.
Ia mendorong agar perhatian difokuskan pada penyusunan strategi jitu untuk Pilpres 2029.
Pernyataannya memicu berbagai reaksi dari publik di media sosial.
Sejumlah warganet sepakat bahwa hanya dengan bersatu, kubu penentang dapat menjadi penantang kuat di 2029.
Sebagian lain menganggap pendekatan Hasyim terlalu idealis.
Meski begitu, pernyataannya menjadi bahan diskusi mengenai arah perjuangan politik oposisi ke depan.
Dengan waktu yang masih panjang menuju 2029, wacana yang dibawa Hasyim bisa menjadi pemicu konsolidasi lebih dini.
Konsistensi dan strategi kolektif menjadi faktor penting menghadapi pertarungan politik di masa mendatang.
Editor: 91224 R-ID Elok