Repelita Jakarta - Penulis asal Mojokerto, Muhammad Hasyim, mengungkapkan pandangannya soal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Melalui akun X miliknya, @hasyimmah, ia menyebut Prabowo sangat diuntungkan dengan kehadiran Gibran.
Menurutnya, perhatian publik lebih banyak diarahkan untuk mengkritik Gibran dan keluarganya dibandingkan menyoroti Prabowo.
“Prabowo sangat beruntung punya wapres Gibran.
Orang lebih sibuk menyerang Gibran, termasuk bapaknya, dibanding ke Prabowo,” tulis Hasyim.
Ia menyimpulkan bahwa dengan situasi seperti itu, pemerintahan Prabowo berjalan tanpa gangguan berarti.
Kebijakan yang diambil pun bisa dijalankan lebih lancar tanpa tekanan publik yang berlebihan.
Hasyim menduga Prabowo sengaja memanfaatkan Gibran sebagai tameng isu politik.
“Kalau Prabowo mau bikin keputusan yang agak kontroversial, tinggal menyuruh Gibran bikin video di YouTube, dan semua lalat-lalat media sosial akan berkerumun ke sana,” lanjutnya.
Hasyim juga menambahkan bahwa kondisi ini bisa menjadi penjelasan atas berbagai manuver media sosial yang ramai memperbincangkan Gibran.
"Ini bisa jadi jawaban buat @pandji apakah video Gibran itu atas perintah Prabowo atau tidak.
Menurut saya sih memang disuruh Prabowo biar medsos meributkan Gibran," ujarnya.
Pernyataan Hasyim ini menuai reaksi beragam dari warganet.
Ada yang menyatakan bahwa Jokowi kini harus bersedia menjadi pelindung pemerintahan Prabowo demi melanjutkan proyek-proyek seperti Ibu Kota Negara (IKN).
“Jokowi punya kewajiban meneruskan legacynya, sampai IKN selesai.
Konsekuensinya harus rela jadi bamper pemerintahan Prabowo.
Saat ini sekeras apapun Jokowi diserang tidak berdampak apa-apa.
Setiap Prabowo mengucapkan ‘hidup Jokowi’, perhatian publik akan tercurah ke Jokowi,” tulis seorang netizen.
Ada juga yang menyoroti bagaimana isu-isu besar seperti keracunan program makan bergizi, ledakan senjata di Garut, hingga RUU TNI-Polri, justru tenggelam karena perdebatan soal ijazah.
“Bahkan korban keracunan MBG, ledakan senjata di Garut, RUU TNI dan Polri, kalah sama isu ijazah :)),” komentar netizen lainnya.
Sebagian pengguna media sosial menganggap fokus publik lebih seharusnya diarahkan pada evaluasi kebijakan pemerintah saat ini ketimbang mengulik kehidupan pribadi Jokowi dan keluarganya.
“Lebih bermanfaat bagi masyarakat mengkritisi kebijakan pemerintah sekarang dibanding mengurusi Jokowi dan keluarganya.
Tapi mereka tetap menggebu-gebu menyerang Jokowi.
Apakah kebencian yang sudah akut atau ada orang besar di belakang kelompok ini?,” sahut warganet lainnya.
Editor: 91224 R-ID Elok