Repelita, Lamongan - Puluhan siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lamongan, Jawa Timur, tidak dapat mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun 2025 akibat masalah teknis dalam sistem pendaftaran. Kejadian ini memicu ketegangan di antara siswa dan pihak sekolah, yang tercermin dalam sebuah video viral yang menunjukkan seorang guru menggebrak meja dan membentak sejumlah siswa.
Insiden tersebut terjadi pada 31 Januari 2025, saat beberapa siswa mempertanyakan mengapa data mereka tidak dapat terinput dalam sistem pendaftaran SNBP. Video yang berdurasi 25 detik memperlihatkan seorang guru berbicara dengan nada tinggi kepada siswa, sementara suara tangisan siswa terdengar jelas. Para siswa tampak kecewa karena data mereka tidak tercatat sebagai eligible untuk mengikuti seleksi, meskipun mereka telah berusaha keras untuk meraih nilai tinggi selama belajar di sekolah.
Kepala MAN 1 Lamongan, Nur Endah Mahmudah, memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut. Endah menjelaskan bahwa ada 22 siswa yang nilai-nilainya tidak terbaca dalam sistem e-Rapor, yang menyebabkan mereka tidak terdaftar dalam daftar eligible untuk mengikuti SNBP. Namun, ia menegaskan bahwa meskipun siswa tersebut tidak memenuhi syarat untuk jalur SNBP, mereka masih memiliki kesempatan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur lain seperti SPAN PTKIN atau jalur mandiri.
“Kami memahami kekecewaan siswa, tetapi ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada banyak peluang lain yang bisa mereka tempuh,” ungkap Endah.
Endah juga menyampaikan bahwa kejadian ini merupakan akibat dari miskomunikasi terkait penerapan sistem e-Rapor yang baru. Beberapa nilai siswa tidak terbaca dalam sistem, sehingga mereka tidak tercatat sebagai eligible. Pihak sekolah, kata Endah, akan mencari solusi untuk memperbaiki masalah tersebut dengan memastikan data yang belum terinput dapat dimasukkan kembali secara manual.
“Yang terjadi ini hanya miskomunikasi dan Alhamdulillah semuanya sudah ok,” kata Endah.
Sebagai langkah selanjutnya, pihak sekolah telah bertemu dengan wali murid dari 22 siswa yang terdampak untuk memberikan penjelasan secara menyeluruh. Semua pihak, baik siswa, wali murid, maupun sekolah, berkomitmen untuk memperbaiki dan mengevaluasi situasi ini demi kebaikan bersama.
“Alhamdulillah, kami sudah mencapai kesepahaman. Semua pihak berkomitmen untuk saling memperbaiki dan mengevaluasi demi kebaikan bersama,” tambah Endah.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok