
Repelita, Jakarta - Pakar komunikasi Universitas Airlangga, Henri Subiakto, memberikan pandangannya terkait kebijakan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, yang kini tengah menjadi sorotan publik. Henri menyebut Bahlil yang merupakan lulusan terbaik Universitas Indonesia (UI) tampak kurang bijak dalam kebijakan terkait distribusi gas elpiji 3 Kg, yang menimbulkan keresahan di masyarakat.
Henri menilai bahwa Bahlil, yang merupakan doktor lulusan UI, seharusnya bisa lebih paham tentang konsekuensi dari kebijakan yang diambil, terutama mengingat ketergantungan masyarakat terhadap gas melon dan infrastruktur yang belum siap. Henri pun mempertanyakan keberanian Bahlil dalam membuat keputusan tersebut, yang akhirnya memicu keresahan dan kemarahan rakyat.
"Kenapa Bahlil, doktor hebat lulusan UI yang hanya kuliah 1,8 tahun dan lulus dengan predikat Cumlaude, bisa terlihat begitu bodoh dalam membuat kebijakan tentang distribusi gas LPG 3 kg?" ungkap Henri di akun X pribadinya, Kamis (6/2/2025).
Henri juga mempertanyakan apakah kebijakan tersebut sudah dipikirkan secara matang oleh Bahlil, ataukah ada tujuan tertentu yang tersembunyi di balik kebijakan yang menimbulkan kehebohan tersebut. Bahkan, ia mencurigai adanya indikasi bahwa kebijakan itu mungkin merupakan perintah dari Presiden Prabowo.
Henri tidak ragu untuk menyindir lebih jauh, mengatakan bahwa keputusan Bahlil tersebut bisa jadi disengaja untuk menunjukkan ketidaktepatan pemerintah Prabowo dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Ia menambahkan bahwa tindakan Bahlil bisa jadi bagian dari strategi untuk menciptakan persepsi buruk tentang pemerintah saat ini.
"Jika sekarang rakyat curiga bahwa ribut-ribut Gas Melon itu adalah sebuah keadaan yang mungkin disengaja diciptakan oleh Bahlil untuk memunculkan dampak buruk pada persepsi tentang kurang pekanya Pemerintah Prabowo, pandangan ini tidak bisa disalahkan," tambah Henri.
Namun, Henri memberikan apresiasi kepada Presiden Prabowo yang dengan cepat menanggapi situasi ini. "Untungnya Presiden Prabowo cepat tanggap dan segera memerintahkan jajarannya, termasuk Bahlil, agar rakyat bisa kembali mudah mengakses gas melon 3 kg," ujarnya.
Henri menilai bahwa peristiwa ini menjadi ujian bagi Presiden Prabowo dalam menilai kinerja para pejabat di pemerintahannya. Ke depannya, peristiwa ini bisa menjadi sarana untuk melihat siapa yang benar-benar menjaga marwah Presiden Prabowo dan siapa yang tidak mampu mengantisipasi situasi dengan baik.
Henri juga menyoroti banyaknya pernyataan pejabat yang saling bertentangan, yang menunjukkan kurangnya koordinasi dan pemahaman mengenai situasi yang sedang terjadi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

