Pegiat media sosial Jhon Sitorus mengklaim cara bermain permainan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk Partai NasDem yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres Koalisi Perubahan tampak mengerikan.
Pasalnya Jokowi tetap mempertahankan dua menteri NasDem, yaitu Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam kabinetnya.
"NGERI-NGERI SEDAP cara mainnya Jokowi. Nasdem sudah terlajur mendeklarasikan BAPAK POLITIK IDENTITAS, tapi Jokowi komitmen tidak MEMECAT kader Nasdem dari kabinet," ungkapnya.
Sehingga NasDem akan galau dalam mengkampanyekan Anies Baswedan, karena dua kadernya masih berada dalam pemerintahan, bahkan Jhon mengibaratkan dengan muludahi wajah sendiri.
"Nasdem dibuat GALAU, mau kampanyekan PERUBAHAN tapi kader sendiri masih menteri. Ini ibarat meludahi wajah sendiri," ujarnya dikutip WE NewsWorthy dari Twitter pribadinya, Selasa (18/7).
Sebelumnya, Analis politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai NasDem diuntungkan karena Jokowi masih mempertahankan dua menterinya dalam pemerintahannya.
Namun NasDem akan semakin sulit untuk mempertahankan strategi politik dua kaki dan mendulang pemilih pro perubahan yang digaungkannya bersama Partai Demokrat dan PKS.
"Di level ini, tentu Nasdem bisa lega. Namun tantangan selanjutnya, sikap Nasdem yang mencoba mempertahankan strategi politik dua kaki ini membuatnya kesulitan untuk mendulang ceruk massa pemilih pro-perubahan," ujar Umam, Senin (17/7/2023) dikutip dari Kompas.
Dan NasDem akan gamang untuk menggaungkan narasi perubahan, sehingga Anies dan partai Surya Paloh itu akan malu-malu dalam melontarkan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi.
"Posisi Nasdem yang masih mempertahankan strategi politik dua kaki akan menyandera capres perubahan Anies Baswedan untuk kembali gamang dalam menarasikan konsep perubahan yang seharusnya ia tekankan dan sosialisasikan," kata Umam.
"Bisa jadi skema ini akan dipertahankan pemerintah. Sebab, dengan begitu, Nasdem dan Anies akan lebih sungkan dan malu-malu untuk melontarkan kritik khas perubahan, hingga membuat elektabilitasnya menjadi kurang kompetitif menjelang Pemilu 2024 mendatang," ujarnya lagi.