Repelita Jakarta - Budaya berpikir kritis yang pernah menjadi ciri khas para pemimpin Indonesia dari era Bung Karno hingga Susilo Bambang Yudhoyono dinilai telah memudar selama satu dekade terakhir dan kini mulai diupayakan untuk dihidupkan kembali di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Pandangan tersebut disampaikan oleh akademisi Rocky Gerung dalam perbincangan bersama jurnalis senior Hersubeno Arief yang diunggah melalui kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Minggu, 2 November 2025.
Rocky menyebut bahwa tradisi intelektual berhenti berkembang sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang menurutnya tidak menumbuhkan kebiasaan berpikir konseptual dalam pengambilan kebijakan.
Ia menilai bahwa selama sepuluh tahun terakhir, ruang diskusi akademis dan kemampuan berargumentasi publik mengalami kemunduran yang signifikan, sehingga berdampak pada kualitas demokrasi dan kebijakan negara.
Rocky juga menyoroti kecenderungan pemerintahan Jokowi yang lebih mengandalkan kekuatan buzzer dan narasi populis ketimbang pendekatan berbasis pemikiran dan konsep yang matang.
Menurutnya, dampak dari absennya komunitas berpikir selama satu dekade kini mulai dirasakan oleh pemerintahan Prabowo, yang menghadapi tantangan besar dalam membenahi kerusakan struktural di berbagai sektor.
Ia menyebut bahwa kerusakan tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, relasi antarwarga, hingga menurunnya daya nalar publik akibat minimnya tradisi intelektual dalam pengelolaan negara.
Rocky menilai bahwa slogan kerja-kerja yang digaungkan selama era Jokowi tidak memiliki fondasi konseptual yang kuat, sehingga pelaksanaannya kerap tidak terarah dan menimbulkan kekacauan.
Ia menutup pernyataannya dengan menyindir kondisi istana selama satu dekade terakhir yang menurutnya lebih menekankan larangan berpikir ketimbang larangan merokok.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

