
Repelita Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti menyatakan sikap pasrah apabila pemerintah benar-benar menetapkan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.
Ia menyampaikan bahwa jika keputusan tersebut diambil, maka biarlah pemerintah melaksanakannya sesuai kehendak mereka.
Menurut Ray, langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah ingin menjadikan figur yang terlibat dalam berbagai persoalan di era Orde Baru sebagai panutan masyarakat.
Ia menyoroti bahwa Soeharto pernah disebut sebagai tokoh yang menyuburkan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), serta berada di balik pelanggaran hak asasi manusia yang meluas dan pembungkaman demokrasi.
Ray juga menanggapi pernyataan dari politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menyebut bahwa elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belum berdamai dengan sejarah kelam kepemimpinan Soeharto.
Ia menegaskan bahwa semboyan Jas Merah—jangan sekali-kali melupakan sejarah—bukan soal berdamai, melainkan soal menjaga ingatan kolektif bangsa terhadap masa lalu yang otoriter.
Ray mengingatkan bahwa bukan hanya Bung Karno yang menekankan pentingnya sejarah, tetapi juga Gus Dur yang pernah berkata, “Forgive your enemies, but don’t forget their mistakes.”
Menurutnya, semboyan Jas Merah harus tetap dijaga sebagai pengingat bahwa Indonesia pernah berada dalam fase otoritarianisme sebelum memasuki era demokratisasi pada tahun 1998.
Ia menyampaikan bahwa PSI perlu memahami bahwa reformasi yang memungkinkan Joko Widodo menjadi Presiden tidak boleh dijadikan alasan untuk melupakan pengorbanan rakyat dalam melawan kediktatoran.
Ray menilai bahwa mengabaikan sejarah kelam dan menganggap penderitaan rakyat sebagai hal biasa demi mengangkat kembali figur Soeharto adalah bentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai reformasi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

